http://arsipshare.blogspot.com/2013/07/nuzulul-alquran-dan-lailatul-qadar-2013.html |
A. Pengertian
Al-Qur’an
Secara
etimologi (bahasa) Al-Qur’an berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari
kata qaraah, yaitu bentuk masdar dari kata qara. Sedangkan secara terminologi
Al-Qur’an sudah banyak diberikan pengertian oleh mufassir.
Ali
Ash-Shobuni menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz,
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril yang tertulis dalam
mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya,
diawali dari surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah An-Nas. Untuk dapat
dengan mudah membedakannya dengan wahyu, sedikit tentang wahyu disajikan
berikut ini.
B.
Fenomena Wahyu
1. Pengertian
Wahyu
secara etimologi / Bahasa berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat
artinya dating secara langsung kedalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan
tidak diketahui oleh seorangpun. Jika dilihat secara jelas makna-makna wahyu
tersebut dapat berarti.
a. Ilham yang sudah merupakan fitrah
bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diberikan kepada ibu nabi Musa As yang
berbunyi:
(QS
Al-Qasas ayat 7)
Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu
Nabi Musa supaya menyusuinya.
b. Ilham yang merupakan gharizah/instink
bagi binatang, sebagaimana petunjuk yang diberikan kepada lebah:
(QS
16:68)
Dan tuhanmu mewahyukan (memberi petunjuk) kepada lebah
supaya menjadikan gunung-gunung dan pohon-pohon itu sebagai tempat tinggal.
c. Suatu isyarat yang diberikan
dengan cepat melalui tanda dan kode,
sebagaimana firman Allah kepada NAbi Zakaria:
(QS
19:11)
Maka ketika dia keluar dari mihrab untuk menemui kaumnya,
Allah memberi wahyu (petunjuk atau isyarat) kepada mereka supaya bertasbih
diwaktu pagi dan petang.
d. Godaan dan hiasan kejahatan yang
dilakukan oleh setan pada diri manusia:
(QS
6:121)
Dan sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan (membisikkan
kejahatan atau was-was) kepada kawan-kawan setia mereka.
e. Berupa perintah Allah kepada para malaikat-Nya:
(QS
8:12)
Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan atau memerintahkan kepada
Malaikat bahwa Aku bersamamu.
Jika
diambil makna wahyu itu dari bentuk masdarnya maka wahyu berarti petunjuk Allah
yang diberikan kepada seseorang yang dimuliakan-Nya secara cepat, dan
tersembunyi. Subhi Sholih menyatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang
bersifat goib, rahasia, dan sangat cepat.
Dari makna
diatas dapat dipahami bahwa wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
nabi dan atau rasul secara rahasia dan sangat cepat.
2. Cara Penurunan Wahyu
Wahyu yang
diturunkan kepada Rasul atau nabi secara rahasia dan sangat cepat itu
bervariasi. Dari variasi itu terbagi pada dua kelompok besar, yaitu melalui
perantara Malaikat Jibril dan langsung tanpa perantara.
a. Melalui perantara Malaikat
Wahyu
yang diturunkan dengan cara ini yang terkenal ada dua yaitu:
Pertama,
Jibril mrnampakkan wajahnya dan bentuknya yang asli. Cara seperti ini terjadi
ketika Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama, surah al alaq ayat 1-5.
Kedua,
Jibril menyamar seperti seorang laki-laki yang berjubah putih. Misalnya ketika
Nabi Muhammad menerima wahyu tentang imam, islam, ihsan, dan tanda-tanda hari
kiamat.
b. Tanpa Perantara Malaikat ( Langsung
)
Ø Melalui mimpi yang benar, misalnya ketika turun wahyu surah
al kautsar ayat 1-3.
Contoh
lain adalah wahyu tentang penyembelihan Ismail oleh ayahnya, Ibrahim, yang
diuraikan dalam surah al shaffat ayat 101-112 .
Ø Allah berbicara langsung
menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya
wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah kepada Nabi Musa yang
diceritakan dalam Alquran surah Al-A’rof ayat 143 dan An-Nisa ayat 164.
Contoh
lain adalah wahyu yang diterima Nabi Muhammad pada malam isra dan mi’raj
tentang perintah sholat lima waktu. Menurut al-Qathan cara seperti ini tidak
didapati satu ayat pun dalam Alquran.
Cara
yang lain lagi adalah seperti gemercikan lonceng. Menurut jumhur ulama cara
tersebut termasuk yang melalui perantara malaikat. Namun contohnya belum
didapati.
C.
Pengertian
Nuzulul Quran
Nuzulul Qur'an artinya adalah turunnya Al-Qur'an. Turunnya
Al-Qur'an untuk yang petama kalinya biasa diperingati oleh umat Islam yang
dikemas dalam suatu acara ritual yang disebut dengan Nuzulul Qur'an. Turunnya
Al-Qur'an untuk yang pertama kalinya merupakan tonggak sejarah munculnya satu
syari'at baru dari agama tauhid yaitu agama Islam. Sebagai penyempurna dari
agama-agama tauhid sebelumnya.
Ayat-ayat
Al-Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan ketentuan yang ada. Itulah sebabnya, ayat-ayat
Al-Qu’an atau surat-suratnya yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang
pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya
saja.
Menurut Alim Ulama’ Al-Qur’an
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui tiga tahapan:
1.
Diturunkan
ke Lauhilmahfudzh.
2.
Ke
Bait Al-‘Izzah di langit dunia.
3.
Kemudian
baru diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur- angsur
sesuai dengan keperluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslim.
Menurut
pendapat yang terkuat dan riwayat yang sahih, firman Allah yang pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah firman-Nya disurat Al-Alaq:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan mu lah
yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang belum pernah ia ketahui.”
Penurunan
surat pertama ini merupakan peristiwa yang
bersejarah yang terjadi pada malam Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun
ke-41 dari usia Nabi Muhammad SAW atau 13 tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah,
bertetapan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi. Malam pertama kali Alquran
diturunkan ini disebut oleh Alquran sendiri dengan Lailat al-Qadr ( Malam
Kemuliaan) dan Lailat Mubarokah (Malam yang Diberkahi). Masing-masing dari
kedua nama-nama tersebut terdapat surat Al-Qodar:1
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan.” dan surat Al-Dukhan:3-4
“Sesungguhnya Kami menurunkan (Alquran) pada suatu malam
yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
Setelah
surat Al-Alaq turunlah surat Al-Mudatsir, tepatnya ketika Nabi Muhammad SAW
sudah berada dirumah bersama istri beliau Khadijah, sehabis pulang dari gua
Hira. Setelah itu ayat-ayat Alquran terputus turun untuk beberapa waktu
lamanya. Masa terputusnya ayat-ayat Alquran ini turun disebut fatrat al wahyi
yakni masa terputusnya wahyu.
Berapa
lamanya masa fatraul wahyi tersebut, terdapat perbedaan pendapat. Menurut Ibn
Ishaq masa fatrat al wahyi ini setidak-tidaknya 2,5 tahun, bahkan kemungkinan
besar salama 3 tahun. Timbulnya kesimpang siuran pendapat tentang masa fatrat
al wahyi dapat dimengerti, sebab peristiwa tersebut terjadi pada permulaan
islam yang waktu itu jumlah kaum muslim masih sangat terbatas. Disamping itu,
mereka yang sudah berjumlah sedikit tersebut masih harus mengalami sebagai
macam pemberitaan dari pihak kaum musyrik quraisy, sehingga tidak ada
kesempatan untuk membuat catatan-catatan turunnya ayat-ayat Alquran secara
kronologis dan satu per satu secara berurutan.
Menurut
riwayat yang terkuat, ayat Alquran yang terakhir sekali diturunkan adalah ayat
ketiga dari surat Al-Maidah:5
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama mu,
dan telah Aku cukupkan nikmat ku
kepada mu, dan Aku rela islam itu adalah agama untuk mu.”
Menurut
riwayat diatas, ayat terakhir tersebut diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW
bersama para sahabat sedang wukuf di Arofah dalam rangka melaksanakan ibadah
haji terakhir ( aji Wada) pada hari Jumat, tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10
Hijriyah atau tahun ke 63 dari usia beliau. 81 malam setelah itu Nabi pun
wafat.
D.
Periodisasi turunya Al-Qur’an
Menurut
saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-quran yang di
mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW
hingga akhir turunnya ayat pada 19 djulhijah tahun ke 63 dari usia beliau,
tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian di bagi oleh para
ulama menjadi dua periode yaitu periode mekah dan periode madinah.
Periode
mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-ayat al-quran
pada tujuh belas ramadhan, pada 41 dari kelahiran beliau hingga awal rabiul
awal ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah
meninggalkan mekah menuju madinah.
Periode
madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke madinah dan menetap disana
sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun ke 10 dari
kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5 bulan 13
hari dan periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.
E.
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur
1. Menetapkan hati Rasulullah
Yang
menjadi pertanyaan kenapa hati Rasulullah perlu di-tatsbit-kan? Hal itu
dikarenakan Nabi berdakwah kepada orang banyak selalu saja mendapat tantangan
dari orang-orang yang anti kepadanya, tambah lagi sifat orang-orang tersebut kasar
dan bengis serta tidak menunjukkan sikap yang bersahabat. Maka hal seperti itu
perlu diberi semangat dan kekuatan kepada Rasul bahwa apa yang dialaminya itu
semua dengan yang dialami oleh nabi-nabi dan para rasul terdahulu.
2.
Untuk
melemahkan lawan-lawannya (mukjizat)
Orang-orang
yang anti kepada Rasulullah senantiasa melakukan upaya yang dapat
menyudutkannya. Di antara upaya tersebut adalah dengan mengajukan tantangan
yang sepertinya Rasulullah tidak dapat membuktikannya. Misalnya tantangan mereka
agar Rasulullah minta kepada Allah untuk menurunkan azab kepada mereka. Apa
yang mereka minta itu dibuktikan oleh Allah, dan Allah menurunkan azab kepada
mereka pada waktu itu juga.
3.
Mudah dipahami dan dihafal
Bagi
bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan memehami sesuatu yang harus
dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran secara
berangsur-angsur menjadi mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan.
4.
Sesuai
dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian
Alquran
diturunkan sesuai dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul pada
waktu itu, misalnya peristiwa tayamum sabagai pengganti wudhu ketika tidak
diperoleh air.
5. Menguatkan bahwa Al-Qur’an
benar-benar dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji. Ketika Al-Qur’an
turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22 tahun, kemudian menjadi
rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna, indah dan fasih gaya bahasanya,
terjalin antara satu ayat dengan ayat lainnya bagaikan untaian mutiara, serta
ketiadaan pertentangan di dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur’an
benar-benar kalam ilahi, Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Hatahilah.
2010. Sejarah Al-Quran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Anwar,Abu.
2002. Ulumul Qur’an. Pekanbaru: AMZAH
Al-Qur’an
dan Terjemahnya. 1985. Jakarta: Departemen Agama RI. Proyek pengadaan Kitab Suci
Al-Qur’an