Jumat, 18 April 2014

BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA



Disusun Oleh :

                                                    Nindya Novianti
1113 0163 00019



FISIKA 2 A





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKHULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
 JAKARTA

2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    TUJUAN PENULISAN
1.    Dapat menguraikan pengertian belajar menurut para ahli (C2)
2.    Menyebutkan proses belajar itu dapat berlangsung (C1)
3.    Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (C3)
4.    Menciptakan cara-cara belajar yang baik (C5)
5.    Menerangkan konsep sikap belajar pada peserta didik (C2)
6.    Mendesain media yang menunjang untuk proses belajar dan mengajar yang baik (C5)

B.     LATAR BELAKANG
Blog ini berjudul “Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya “,bab ini disinggung tentang teori belajar yang menguraikan faktor-faktor yang menimbulkan perilaku baik faktor dari dalam maupun dari luar.Para pendidik dapat membuat kemajuan belajar dalam diri peserta didik, dan dapat membuat suatu metode yang berguna mengubah pola berfikir peserta didik untuk menghilangkan kemalasan dalam belajar. Bab ini juga sangat menarik didalamnya dikemas secara lengkap dan terdapat susunan RPP sebagai pengaplikasikan materi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

C.   RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian belajar menurut para ahli ?
2.     Bagaimana proses belajar dapat berlangsung ?
3.    Apa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
4.    Apa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ?
5.    Bagaimana cara belajar yang baik ?
6.    Bagaimana konsep sikap belajar yang baik ?

7.    Apa macam-macam media belajar ? 

BAB II
PEMBAHASAN
   A.    PENGERTIAN BELAJAR

Gambar Brain learning
http://www.raisingmiro.com/2013/12/26/back-to-adult-un-school-never-to-old-to-learn-grow-and-create/


















Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
1.    Hilgard Bower ,dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan.  'Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan , kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)."

2.    Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa : "Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

3.    Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan :"Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman."

4.    Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan ."Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar ,yaitu bahwa :

1.    Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan  itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2.    Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3.    Untuk dapat disebut belajar ,maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang . Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun . Ini berarti kita harus mengeyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi ,kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.


4.    Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis , seperti: perubahan dalam pengertian ,pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology : A Realistic Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kat yang singkat , yaitu Learning is the development of new association as a result of experience . Beranjak dari definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang ridak dapat dilihat dengan nyata ; proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar . Jadi yang dimaksud belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak ,tetapi terutama adalah prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations). Hubungan -hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang ,antara reaksi-reaksi ,atau antara perangsang dan reaksi.

Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah : kematangan, penyesuaian diri / adaptasi, mengafal / mengingat, pengertian, berfikir, dan latihan. Namun kita harus membedakan antara faktor-faktor tersebut dengan pengertian belajar itu sendiri.

Ayat-ayat Al-Qur'an di dalam isi kandungannya yang menyatakan "belajar" yaitu :
 Surat An – Nissa’ Ayat 162  

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 23 

Berbunyi: Ia berkata: “pengetahuan (tentang hal itu) hanya pada Allah, dan aku (hanya sekedar) menyampaikan kepada kamu apa yang dengan itu aku diutus, tetapi aku melihat kalian seperti orang-orang yang bodoh". Mengapa engkau tidak mempergunakan pendengaranmu, penglihatanmu, dan kalbumu serta akalmu. Alam ini terbentang luas yang patut untuk dibaca dan dianalisis (Iqra’). Semua itu adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk memahami kebenaran ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah Swt.
Al-Qur’an dalam mengerahkan pendidikannya kepada makhluk manusia menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan Al-Qur’an selalu mengarah pada jiwa, akal, dan raga manusia.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Israa’ ayat 49-51 
Berbunyi: “Dan mereka berkata: “apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka mereka akan bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali? “Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, “kapan itu (akan terjadi)? Katakanlah: mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”.
Tafsiran Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya metode pembelajaran yang menggambarkan keberatan-keberatan mereka (anak didik) yang tidak percaya pada hari kebangkitan dengan mengatakan apakah bila kami telah menjadi tulang belulang atau benda-benda yang hancur akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? Al-Qur’an yang ingin melibatkan penalaran manusia dalam penemuan keyakinan tentang hari kebangkitan.
Pada saat itu, Al-Qur’an mengajak manusia (anak didik) menggunakan daya nalarnya dan bertanya. Siapakah yang menghidupkan semua itu kembali? Jawabnya pasti Dia yang pertama kali mewujudkannya.
Dengan dimikian, metode pembelajaran yang tergambar pada rangkaian ayat-ayat tersebut adalah metode diskusi. Metode ini mengarahkan anak didik untuk menemukan sendiri kebenaran melalui penalaran akalnya.
Di samping metode pembelajaran di atas, Al-Qur’an juga menggunakan metode kisah atau metode bercerita sebagai salah satu metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kisah dan cerita menunjang materi yang disajikan, baik kisah itu benar-benar terjadi maupun hanya kisah simbolik.

Teori-teori diatas dapat dibuktikan dengan adanya Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah                                   : SMP MAKARYA
Kelas / Semester                    : VIII (Delapan) / II (Genap)
Mata Pelajaran                      : FISIKA
Waktu                                     :

Jumlah Pertemuan                 :

          Standar Kompetensi
1.      Menguraikan pengertian, konsep getaran dan gelombang, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C2)
Kompetensi Dasar
1.1    Menunjukkan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum ( P1)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1.      Membedakan jenis-jenis gelombang (P1)
2.      Memberikan contoh tentang jenis-jenis gelombang dalam kehidupan sehari hari (C2)
3.      Membedakan persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner (P5)
4.      Menunjukkan karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik (C3)
5.      Menemukan sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C6)


A.    Tujuan pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.      Menyebutkan definisi gelombang dan besaran-besaran gelombang  (C1)
Alasan             :Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap pemikiran operasional formal. Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Teori               :Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi , salah satunya pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan

2.      Membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal (P1)
Alasan             : Pada tahap ini remaja atau individu dapat berfikir untuk dapat membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Teori                : Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis ,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal dan sebaginya.

3.      Menanggapi sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (P2)
Alasan             : Remaja pada berumur sekitar 14 tahun dapat menggunakan hipotesis khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan.
Teori                : Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis ,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal dan sebaginya.

4.      Mengaitkan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari (A4)
Alasan             : Pada tahap ini remaja dapat mengaitkan suatu persoalan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hipotesis yang telah ada.
Teori                : Gestalt menyatakan bahwa jalannya berfikir itu ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang berbeda-beda pada tiap orang.Adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya berfikir itu antara lain ialah bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang tersebut.

5.      Memberikan contoh tentang jenis-jenis gelombang (C2)
Alasan             : Tahap operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa) anak-anak sudah dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret.Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan  yang logis, sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan didunia sehari-hari.
Teori                : Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi , salah satunya Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru.
  
6.      Menunjukkan hubungan antara panjang gelombang , frekuensi, cepat rambat, dan periode gelombang ( C4)
Alasan             : Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum diketahui.
Teori                : Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi , salah satunya Analisis (analysis) ialah kemampuan menguraikan pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.
7.      Menjodohkan jenis-jenis gelombang (P7)

Alasan             : Pada masa remaja anak-anak mampu berimajinasi dan mengkoordinasi pemikiran idenya.
Teori                : Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis ,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa depan, etika ideal dan sebaginya.

8.      Mendesain jenis-jenis gelombang (C1)
Alasan             : pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan , menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia, sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi.
Teori                : Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi , salah satunya Sintesis (synthesis ) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.

9.      Menyatakan pendapat tentang konsep getaran dan gelombang (A3)
Alasan             :Remaja dapat menyatakan sebuah hipotesis dengan menggunakan prinsip-prinsip abstrak, logis, dan idealistik.
Teori                : Gestalt menyatakan bahwa jalannya berfikir itu ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang berbeda-beda pada tiap orang.Adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya berfikir itu antara lain ialah bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang tersebut. 

B. PROSES BELAJAR DAPAT BERLANGSUNG

Gambar Proses Belajar
http://mathsimulationtechnology.wordpress.com/2012/02/16/active-learning-passive-teaching/












a. Belajar dan kematangan
b. Belajar dan penyesuaian diri 
c. Belajar dan pengalaman
d. Belajar dan bermain
e. Belajar dan pengertian
f. Belajar dan menghafal/mengingat
g. Belajar dan latihan


C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

a. Kematangan/pertumbuhan
b. Kecerdasan
c. Latihan dan ulangan
d. Motivasi
e. Sifat-sifat pribadi seseorang
f. Keadaan keluarga
g. Guru dan cara mengajar
h. Alat-alat pelajaran
i.  Motivasi sosial
j. Lingkungan dan kesempatan


D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR
Gambar Proses Pembelajaran
http://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-pembelajaran_24.html

                  Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku                   yang perlu  diolah ,dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengahar                (teachung-learning process). Terhadap/di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula               sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) dan berfungsi             sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) .Guna menunjang                 tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) . Berbagai faktor tersbut berinteraksi satu sama lain               dalam menghasilkan keluaran tertentu.
 
           Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu,baik fisiologis maupum psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Di samping itu ,masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dan hasil belajar pada setiap orang dapat di ikhtisarnya sebagai berikut :
Gambar Faktor Belajar dari luar maupun dalam
http://muryonotianov.blogspot.com/2011/11/meningkatkan-minat-dan-motivasi-belajar.html
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari luar dan dari dalam diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah faktor psikologis. Ketika siswa memiliki minat dan motivasi yang cukup tinggi akan mempengaruhi proses pengajaran dan pembelajaran. Pengaruh itu menyebabkan prestasi belajar yang diraih siswa akan memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika perlu diterapkan konsep-konsep yang tepat untuk memberikan respon positif terhadap materi. Menurut Dahar (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) konsep-konsep itu menyediakan skema-skema terorganisir untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan untuk menentukan hubungan didalam dan antara kategori-kategori.
Jika dipahami secara mendalam konsep-konsep yang ada didalam struktur kognitif, individu merupakan hasil yang diperoleh, dan dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini bagaimana siswa menafsirkan atau menerjemahkan soal menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK sampai 3 bilangan. Flavell (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) mengemukakan tujuh dimensi konsep yaitu : (1) atribut, (2) struktur, (3) keabstrakan, (4) keinklusifan, (5) generalisasi, (6) ketetapan, (7) kekuatan atau power.
Menurut pendapat Ausabel (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12) individu memperoleh konsep-konsep melalui dua cara yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah. Karena proses perkembangan konsep-konsep semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu. Sedangkan asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep secara deduktif, anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual misalnya kumpulan binatang berkaki dua, anak akan berpikir ayam, bebek, burung dan lain-lainnya.
Klausmeier (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12), mengemukakan empat tngkatan pencapaian konsep yaitu :
a.       Tingkat Kongkrit
Ditandai adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal.
b.      Tingkat Identitas
Seseorang telah mencapai tingkat ini yaitu jika ia mengenal sesuatu obyek setelah selang waktu tertentu.
c.       Tingkat Klasifikatori
Pada tingkatan ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
d.      Tingkat Formal
Anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep yang lain.

Pembelajaran matematika memerlukan daya nalar yang baik untuk memahami suatu konsep yang diajarkan guru, namun anak memiliki keterbatasan. Seperti apa yang dikatakan Gibson dan Miteher (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 12.21) bahwa anak memiliki daya nalar yang belum sepenuhnya berkembang, memiliki daya konsentrasi yang masih terbatas pada jangka pendek, mudah memiliki sikap dan minat terhadap sesuatu.

Daya nalar yang baik berimplikasi pada daya serap memahami konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang memerlukan kecerdasan . Hal ini diperkuat oleh pendapat Gatner (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 7.26) bahwa kecerdasan matematika logika adalah kapasitas menggunakan angka secara efektif.

E. CARA-CARA BELAJAR YANG BAIK

Dr.Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar,seperti berikut :
  1. Metode keseluruhan kepada bagian ( whole to part methode)                                        Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut , urutan bab-babnya dan subbab masing-masing . Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentuyang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.
  2. Metode keseluruhan lawan bagian ( whole versus part method)                                         Untuk bahan-bahan pelajaran yang sikapnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair,membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya . Untuk bahan-bahan yang bersifat nonverbal ,seperti keterampilan, mengetik,menulis,dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.
  3. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian ( mediating method)                              Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang sikapnya sangat luas,atau yang sukar-sukar ,seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umunya.
  4. Metode Resitasi ( reciation method)                                                                             Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali(sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat netral maupun nonverbal.
  5. Jangka waktu belajar ( length of pratice periods)                                                            Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan,dsb. Adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif . Disamping itu , kita harus ingat pula bahwa besarnya minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit.Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.
  6. Pembagian waktu belajar (distribution of pratice periods)                                             Dari berbagai percobaan bahwa dapat dibuktikan,bahwa belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Dalam hal ini " Hukum Jost" masih tetap diakui kebenarannya .Menurut Hukum Jost tentang belajar ,30 menit 2 x sehari selam 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti. 
  7. Membatasi kelupaan (counteract forgetting)                                                                   Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali ,dalam belajar perlu adanya "ulangan"atau review pada waktu tertentu atau setelah /pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan.
  8. Menghafal ( cramming)                                                                                               Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat seperti belajar untuk menghadapi ujian semester atau ujian akhir . Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segera setelah ujian selesai.Ngalim Purwanto ( 2002: 84-119)
          
F. KONSEP SIKAP BELAJAR

         Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik.
Brown dan Holtman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen , yaitu Teacher Approval (TA) dan education Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru-guru ; tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah. Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa  Bennett Nevile(1976:45).
      Dalam hubungan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi Nasution ,S.(1978:58).
Sikap belajar bukan saja sikap yang ditunjukan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas,dan lain-lain. 


Gambar 
(Teaching-learning process)
Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang , setuju atau tidak setuju , suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya. Sesuatu yang menimbulkan rasa senang , cenderung untuk diulang, demikian menurut hukum belajar (law of effect) yang dikemukakan Thorndike. Pengulangan ini ( law of excercise) penting untuk mengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari Staton,Thomas F. (1978:27).


G. MACAM-MACAM MEDIA BELAJAR
  1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam 
  • Media Auditif                                                                         Media Auditf adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.


  • Media Visual,                                                                                                           Media Visual adalah media   yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip(film rangkai), slides( film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak sepeti film bisu, dan film kartun.
  • Media Audiovisual,                                                                                                      Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini dibagi lagi ke dalam : a. Audiovisual diam ,yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara , dan cetak suara. b. Audiovisual Gerak , yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.                                                                                                                                         

      2.  Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam :

  • Media dengan daya liput luas dan serentak                                                                   Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat atau ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama . Contoh : radio dan televisi.
  • Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat                                        Media ini dalam penggunaanya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
  • Media untuk pengajaran Indivual                                                                                  Media ini penggunaanya hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.         

    3. Dilihat dari bahan pembuatannya, Media Dibagi dalam :                                                  
    • Media Sederhana                                                                                                      Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.
    • Media Kompleks                                                                                                          Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunannya memerlukan keterampulan yang memadai.

          Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atasnya, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai Syaiful Bahri,dkk., 2010:124-126)





















    DAFTAR PUSTAKA

    Bahri,Syaiful dan Zain,Aswan . 2010. Strategi Belajar dan  Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
    Nevile Bennett,dkk. 1976. Teaching Styles and Pupil Progress. London:Open Books Publishing
    S, Nasution . 1978. Azas-Azas Kurikulum. Bandung : Terate
    Thomas ,F.Staton . 1987. Cara Belajar Dengan Hasil yang Baik. Bandung: Diponegoro

    Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA