Sabtu, 21 Juni 2014

Psikologi Pendidikan

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Motivasi
(Makalah ini disusun sebagai materi diskusi matakuliah psikologi pendidikan prodi pendidikan fisika)


Disusun Oleh :


                             Nindya Novianti
1113 0163 00019





Pendidikan  Fisika 2A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
 JAKARTA
2014




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sudah menjadi umum diketahui bahwa motivasi merupakan modal utama untuk sukses, namun masalahnya tidak sesederhana ungkapannya karena motivasi ibarat baterai dalam teknologi IT yang senantiasa membutuhkan re-charge agar dapat berfungsi optimal. Me-recharge baterai IT mudah melakukannya karena hanya menyambung kabel ke sumber energi listrik sudah dapat tercharge, tetapi bagi manusia „susah-susah gampang‟; gampang - karena secara teknologi tidak perlu alat bantu seperti kabel dan sumber energi       listrik, susah bagi orang yang belum mengenali sumber energi dalam dirinya untuk melakukan recharge. Hal inilah yang menjadi tugas utama kita sebagai pembelajar agar dapat membangkitkan motivasi diri mahasiswa agar senantiasa termotivasi untuk belajar.
Banyak orang berpendapat bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan seseorang dalam belajar karena orang tersebut tidak mempunyai motivasi untuk belajar.Sering pula muncul perdebatan di masyarakat, Satu pihak mengutarakan bahwa orang tua, Guru, Dosen atau Instruktur atau Fasilitator kurang memotivasi peserta didik untuk mengembangkan dirinya. Pihak lainnya berpendapat bahwa motivasi tidak bisa dari luar, peserta didik sendirilah yang bisa dan harus menumbuh-kembangkan motivasi belajarnya. Begitu pula di kalangan akademisi di bidang pendidikan, psikologi, manajemen, dll.Banyak melakukan berbagai riset dalam kaitan motivasi ini, dari berbagai sudut pandang.Jadi sudah banyak teori tentang motivasi, yang mana cocok digunakan, sebagaimana layaknya teori lainnya, tergantung dari sudut mana kita memandang dan dalam konteks situasi yang mengiringinya.
B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Motivasi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan teori-teori motivasi ?
3.      Apa  tujuan motivasi?
4.      Apa saja jenis-jenis motivasi?
5.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ?
6.      Bagaimana cara membangkitkan motivasi?
7.      Apa peran motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar?
8.      Apa saja teknik-teknik memotivasi siswa?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Dapat menjelaskan pengertian motivasi.(C2)
2.      Dapat menguraikan teori-teori motivasi.(C2)
3.      Dapat menemukan tujuan motivasi.(C3)
4.      Dapat memberikan contoh  jenis- jenis motivasi.(C2)
5.      Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.(C1)
6.      Dapat menciptakan cara membangkitkan motivasi.(C5)
7.      Dapat mengaitkan peran motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar.(A4)
8.      Dapat mempraktekan teknik-teknik memotivasi siswa.(P3)







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berarti “daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu dan mencapai suatu tujuan.[1]
Menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah “Pendorongan”suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.[2]
Menurut Frederick Mc. Donald yang dikutip oleh Wasty Soemanto memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini ditandai dengan tiga hal yaitu:
1.      Motivasi dimulai dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang kita berasumsi bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam system neurofisiologis dari pada organisme manusia..
2.      Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif.Dorongan afektif ini tidak mesti kuat. Dorongan afektifyang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada puladorongan afektif yang sulit untuk diamati.
3.      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuanorang yang termotivasi, membuat rekasi-reaksi yangmengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untukmengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenagadalam dirinya. Dengan kata lain motivasi memimpin ke arahreaksi-reaksi mencapai tujuan.[3]
      Dengan ketiga tanda di atas, maka dapat dikatakan bahwamotivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akanmenyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas, dapatdiambil simpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan dayapenggerak dalam diri seseorang karena adanya kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.[4]

Firman Allah SWT: Surah Ali Imran ayat 139

                ÙˆَÙ„َا تَÙ‡ِÙ†ُوا ÙˆَÙ„َا تَØ­ْزَÙ†ُوا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ُ الْØ£َعْÙ„َÙˆْÙ†َ Ø¥ِÙ†ْ ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ
Artinya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. Ali Imran (3) :139)
Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. 
Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.

B.     TEORI-TEORI MOTIVASI
Morgan, dkk. (1986) mengemukakan empat teori motivasi, yaitu: teori Drive, teori Insentif, teori Opponent-process, dan teori Optimal-level.
1.      Teori Drive
Teori ini digambarkan sebagai teori dorongan motivasi. Menurut teori ini perilaku”didorong” ke arah tujuan dengan  kondisi drive (tergerak) dalam diri manusia atau hewan. Menurut teori ini motivasi terdiri dari : (1) kondisi tergerak, (2) perilaku diarahkan ke tujuan yang diawali dengan kondisi tergerak, (3) pencapaian tujuan secara tepat, (4) reduksi kondisi tergerak dan kepuasan subjektif dan kelegaan tatkala tujuan tercapai.

2.      Teori Insentif
Berbeda dengan teori drive, teori ini digambarkan sebagai teori pull (tarikan). Menurut teori ini, objek tujuan menarik perilaku ke arah mereka.Objek tujuan yang memotivasi perilaku dikenal sebagai intensif. Bagian terpenting teori insentif adalah individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa yang disebut intensif positif dan menghindari apa yang disebut sebagai intensif negatif.

3.      Teori Opponent-process
Teori ini mengambil pandangan hedonistik tentang motivasi, yang memandang bahwa manusia dimotivasi untuk mencari tujuan yang memberi perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan.

4.      Teori Optimal-level
Menurut teori ini individu dimotivasi untuk berperilaku dengan cara tertentu untuk menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan.

Keempat teori yang dikemukakan oleh Morgan, dkk.tersebut bisa dikatakan sebagai pandangan lama tentang motivasi. Elliot, dkk. (1996) mengemukakan empat teori motivasi yang saat ini banyak dianut, yaitu: teori Hierarki kebutuhan Maslow, teori Kognitif Bruner, teori kebutuhan berprestasi, dan teori Atribusi.

1.      Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan dalam teori Maslow, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).

2.      Teori Kognitif Bruner
Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery learning.Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan, dan sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.

3.      Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)
McClelland (dalam Elliot, 1996) menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan, tugas-tugas yang cukup sulit, dan ia mampu melakukannya dengan baik, mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta ia juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.

4.      Teori Atribusi
Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar (Petri, dalam Elliot, dkk. 1996).Pertama, orang ingin tahu penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama perilaku yang penting bagi mereka.Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab perilaku mereka secara random.Ada penjelasan logis tentang penyebab perilaku yang berhubungan dengan perilaku.Ketiga, penyebab perilaku yang ditetapkan individu memengaruhi perilaku berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama sebelumnya.

5.      Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, perilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi. Konsekuensi dari perilaku sebelumnya memengaruhi perilaku yang sama. Dengan kata lain, orang termotivasi untuk menunjukkan atau menghindari suatu perilaku karena konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi ini ada dua, yaitu konsekuensi positif yang disebut reward, dan konsekuensi negative yang disebut punishment. Perilaku yang menimbulkan reward berpeluang untuk dilakukan kembali, sebaliknya perilaku yang menimbulkan punishment akan dihindari.

6.      Teori Social Cognitive Learning
Menurut Bandura (dalam Elliot, 1996), orang belajar berperilaku dengan cara mencontoh perilaku orang lain yang dianggap berkompeten yang disebut model. Observasi terhadap model dapat menghasilkan sebagian perubahan yang signifikan pada perilaku manusia.[5]
  •       Multiple Intelligences


    Teori kecerdasan majemuk yang dirumuskan Gardner, seorang profesor bidang pendidikan di Universitas Harvard ,telah banyak membantu perubahan dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah. Berawal dari penelitian  Gardner tentang penerapannya ke dalam pembelajaran di sekolah-sekolah di Amerika Serikat, teori ini mulai banyak diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan kontekstualitas berbeda-beda menurut negara masing-masing (Suparno, 2004:45).Pembelajaran sendiri merupakan suatu upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar  program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal (Suherman, dkk, 2001:8). Berdasarkan teori kecerdasan majemuk, untuk melaksanakan proses belajar agar tumbuh secara optimal, guru harus memperhatikan potensi yang dimiliki siswa, termasuk kecerdasan. Guru perlu menyadari bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa adalah beragam. Oleh karena itu, guru perlu mengelola pembelajaran dengan memperhatikan  keberagaman kecerdasan tersebut. Dengan cara ini, guru dapat memunculkan dan mengakui bakat khusus masing-masing siswa sehingga siswa merasa difasilitasi untuk mengembangkan kecerdasannya masing-masing.Gardner (2003:292) mengungkapkan bahwa topik apa pun yang kaya, dan bergizi atau konsep apa pun yang berharga untuk diajarkan, dapat didekati paling sedikit dalam lima cara berbeda yang secara kasar memetakan kecerdasan majemuk. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bellanca, dkk (1997:vi) bahwa meskipun topik yang diajarkan merupakan bidang studi tunggal (single discipline) seperti geometri, dengan menggunakan teori kecerdasan majemuk, guru dapat mengajar dengan menggunakan kecerdasan yang berbeda-beda secara bersamaan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat melibatkan sebanyak mungkin kecerdasan, yang dikemukakan Gardner. Untuk dapat melibatkan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran perlu dikembangkan strategi pengajaran yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan. Berikut ini adalah penjelasan tentang strategi pengajaran pada masing-masing kecerdasan.
1.      Kecerdasan verbal / linguistik (verbal / linguistic intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita (story telling), curah pendapat (brainstorming), membuat jurnal tentang materi yang dipelajari, atau menerbitkan majalah dinding (Armstrong, 2009:73-76). Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan linguistik dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa bekerja kelompok dan mengkomunikasikan ide matematika mereka dan meminta siswa untuk menyatakan jawaban mereka dalam bentuk verbal.

2.      Kecerdasan visual/spasial (visual/spatial intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan visualisasi materi, membuat sketsa untuk sebuah ide, gambar, simbol grafik, menggunakan pola kewarnaan pada spidol papan tulis dan buku catatan siswa dan mengadakan eksperimen laboratorium (Suparno, 2004:91, Armstrong, 2009:79-82). Dalam pembelajaran matematika kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan mengajak siswa untuk membuat peta konsep tentang materi, melukis bangun-bangun geometri, membuat representasi    berupa grafik atau gambar atas sebuah persoalan, dan sebagainya.

3.      Kecerdasan logis-matematis (logical-mathematical intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa untuk berhitung, membuat klasifikasi dan kategorisasi, membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, berfikir kritis dan membuat analogi (Armstrong, 2009:76-79). Dalam pembelajaran matematika, cara-cara ini memang telah digunakan, tetapi untuk dapat melibatkan kecerdasan ini secara terencana, guru perlu mendesain pembelajaran dengan mengajarkan langkah-langkah berpikir ilmiah dan alur pemecahan masalah yang benar kepada siswa.

4.      Kecerdasan musik (musical intelligence), Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi dengan musik. Siswa juga dapat mengungkapkan materi dalam bentuk suara (Suparno, 2004:91). Sebagai contoh, konsep atau rumus matematika dapat diubah menjadi lirik-lirik lagu untuk kemudian dinyanyikan bersama di dalam kelas.

5.      Kecerdasan tubuh/kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence),
Untuk melibatkan kecerdasan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk ekspresi gerak tubuh seperti mendramatisir, membuat teater, dan hands-on thinking. Dalam pembelajaran matematika, strategi pengajaran dengan menggunakan hands-on thinking dapat digunakan untuk melakukan aktivitas penemuan konsep ataupun pengembangan keterampilan matematika seperti menemukan jaring-jaring kubus dan pendekatan phi dalam topik lingkaran.

6.      Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence),
Untuk melibatkan kecerdasan ini, siswa dapat didorong untuk melakukan diskusi berpasangan (peer sharing), membuat kelompok kooperatif, melakukan simulasi kelompok, dan permainan bersama (Armstrong, 2009:88-90). Dalam pembelajaran matematika, contoh pelibatan kecerdasan ini adalah dengan mendorong siswa untuk mengkomunikasikan ide tentang suatu masalah matematika di dalam kelompok kooperatif dengan memperhatikan keaktifan masing-masing anggota kelompok sehingga pemecahan masalah tidak dikuasai oleh beberapa anggota kelompok saja sedangkan yang lain pasif.

7.      Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan ke dalam pembelajaran dengan cara memberikan waktu kepada siswa untuk refleksi sejenak atas pemahaman mereka sebelum mengikuti pembelajaran subbab selanjutnya. Pada akhir pelajaran siswa diminta untuk memikirkan apa yang mereka peroleh selama mengikuti pelajaran (Suparno, 2004:92). Dalam pembelajaran matematika pun demikian. Guru dapat meminta siswa untuk menuliskan kembali apa yang mereka pahami dan kegunaan apa yang bisa diperoleh dari topik matematika yang telah dipelajari.

8.      Kecerdasan naturalis (naturalist intelligence),
Kecerdaan ini dapat dilibatkan dengan mengajak siswa untuk melihat apakah topik yang dipelajari berkaitan dengan lingkungan hidup mereka atau dengan alam tempat mereka hidup (Suparno, 2004:92). Untuk mempelajari topik matematika seperti pengukuran dan bangun-bangun geometri, siswa dapat diminta untuk mencari benda-benda alam yang berkaitan dengan bentuk geometri tertentu seperti lingkaran, kubus, prisma, dan bola kemudian mendiskusikan pengukurannya.

9.      Kecerdasan eksistensial (existential intelligence).
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan mengajak siswa untuk mempertanyakan soal keberadaannya dan alam semesta. Dalam pembelajaran matematika, beberapa konsep seperti bilangan nol dan tak hingga, bilangan yang sangat besar dan sangat kecil, bilangan irasional, bilangan imajiner, dan probabilitas dapat didiskusikan tidak hanya pada konsep matematikanya saja tetapi dapat dihubungkan dengan keberadaan diri, tuhan dan alam semesta (Armstrong, 2009:187)



Berdasarkan teori-teori diatas dapat dihubungkan dengan adanya Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah                                   : SMP MAKARYA
Kelas / Semester                    : VIII (Delapan) / II (Genap)
Mata Pelajaran                      : FISIKA
Waktu                                     :
Jumlah Pertemuan                 :

Standar Kompetensi
1.      Menguraikan pengertian, konsep getaran dan gelombang, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C2)
Kompetensi Dasar
1.1    Menunjukkan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum ( P1)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1.      Membedakan jenis-jenis gelombang (P1)
2.      Memberikan contoh tentang jenis-jenis gelombang dalam kehidupan sehari hari (C2)
3.      Membedakan persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner (P5)
4.      Menunjukkan karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik (C3)
5.      Menemukan sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C6)

A.    Tujuan pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.      Menyebutkan definisi gelombang dan besaran-besaran gelombang  (C1)
Alasan           : Guru  disekolah sebagai pembimbing untuk mendorong  siswa dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan


2.      Membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal (P1)
Alasan          : Guru mendorong anak untuk dapat membedakan gelombang yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Menanggapi sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (P2)
Alasan         : Guru lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga anak mampu berpendapat yang telah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

4.      Mengaitkan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari (A4)
Alasan        : Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak sehingga dapat menemukan dikehidupan sehari-hari.

5.      Memberikan contoh tentang jenis-jenis gelombang (C2)
Alasan     : Pembimbing tidak memaksakan pendapat atau tanggapan kepada siswa tetapi mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan dapat mengemukakan pendapat yang telah diketahui.

6.      Menunjukkan hubungan antara panjang gelombang , frekuensi, cepat rambat, dan periode gelombang ( C4)
Alasan           : Pembimbing berusaha mendorong ide kreatif yang terdapat pada diri siswa sehingga siswa dapat mengeluarkan pendapat tanpa dipaksakan.

7.      Menjodohkan jenis-jenis gelombang (P7)
Alasan            : Pembimbing berusaha mendorong siswa berfikir untuk memecahkan suatu persoalan.

8.      Mendesain jenis-jenis gelombang (C1)
Alasan       : Pembimbing dapat mendorong siswa untuk mengeksplorasi kemampuan yang ada didalam diri siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikan imajinasi yang telah difikirkan ke dalam desain jenis-jenis gelombang.

9.      Menyatakan pendapat tentang konsep getaran dan gelombang (A3)
Alasan           : Pembimbing berusaha mendorong siswa mengeluarkan pendapat yang telah difikirkan dan memotivasi siswa untuk berani mengeluarkan pendapat .

  •       Aplikasi evaluasi prestasi belajar


No
Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
1
Ranah Cipta(Kognitif)



Pengamatan
Dapat Menunjukkan
Tes Lisan


Dapat Membandingkan
Tes Tertulis


Dapat Menghubungkan
Observasi

Ingatan
Dapat Menyebutkan
Tes Lisan


Dapat Menunjukkan
Tes Tertulis


kembali
Observasi

pemahaman
Dapat Menjelaskan
Tes Lisan


Dapat Mengidentifikasi
Tes Tertulis


dengan lisan sendiri
Observasi

Penerapan
Dapat memberikan contoh
Tes Lisan


Dapat menggunakan
Pemberian tugas


secara tepat
Observasi

Analisis(pemeriksaan
Dapat Menguraikan
Tes Tertulis

dan pemilihan secara
Dapat Mengklasifikasi
Pemberian tugas

teliti)



Sintesis(membuat
Dapat menghubungkan
Tes Tertulis

paduan baru dan
Dapat menyimpulkan
Pemberian tugas

utuh)
Dapat Menggeneralisasikan

2
Ranah Rasa(Afektif)
Menunjukkan sikap menerima
Tes Tertulis

Penerimaan
menunjukkan sikap menolak
Tes Skala Sikap



Observasi

Sambutan
Kesediaan berpartisipasi
Tes Skala Sikap


Kesediaan memanfaatkan
Pemberian tugas



Observasi

Apresiasi(sikap
Menganggap penting dan
Tes Skala Sikap

menghargai)
bermanfaat
Pemberian tugas


menganggap indah dan
Observasi


harmonis



Mengagumi


Internalisasi
Mengakui dan meyakini
Tes Skala Sikap

(pengalaman)
Mengingkari
Pemberian tugas



yang ekspresif dan



proyektif

Karakteristik
Melembagakan atau
Pemberian tugas

(penghayatan)
meniadakan
ekspresif dan


Menjelmakan dalam pribadi
proyektif


dan perilaku sehari-hari
Observasi
3
Ranah Karsa
Mengkoordinasikan gerak mata
Observasi

(psikomotorik)
,tangan,kaki dan anggota
Tes Tindakan

keterampilan bergerak
tubuh lainnya


dan bertindak



Kecakapan ekspresi
Mengucapkan
Tes Lisan

verbal dan nonverbal
Membuat mimik dan Gerak
Observasi


Jasmani
Tes Tindakan

  •       Contoh pengajaran dalam pelajaran fisika di tingkat SMP berdasarkan multiple intelligences

Berdasarkan di dalam RPP siswa dituntut untuk mengembangkan kecerdasan  yang ada di dalam diri siswa.
1.      Kecerdasan Linguistik
Contohnya : Ketika siswa  diminta mendefinisi gelombang dan besaran-besaran gelombang  maka siswa harus menyatakan jawabannya dalam bentuk verbal.

2.      Kecerdasan Visual
Contohnya : Ketika siswa diminta mendesain jenis-jenis gelombang maka siswa mampu membuat desain berupa gambar ataupun peta konsep.
3.      Kecerdasan Eksistenstial
Contohnya : Ketika siswa diminta menanggapi sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maka siswa langsung mencari asal mula terbentuknya gelombang yang di dapat dari sumber-sumber tertentu.
4.      Kecerdasan Naturalis
Contohnya : Ketika siswa diminta mengaitkan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari maka siswa dapat melihat topik yang dijelaskan terdapat dalam kehidupan sehari-hari atau tidak.
5.      Kecerdasan Intrapersonal
Contohnya : Ketika siswa diminta menyatakan pendapat tentang konsep getaran dan gelombang maka siswa dapat merefleksi sejenak atas pemahaman mereka sebelum mengikuti pembelajaran subbab selanjutnya.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Contohnya : Ketika siswa diminta menjodohkan jenis-jenis gelombang maka siswa dapat terdorong untuk mengkomunikasikan ide tentang suatu masalah dalam fisika dengan memperhatikan keaktifan dalam mengelola suatu persoalan.
7.      Kecerdasan Kinetik
Contohnya : Ketika diberikan tugas memberikan  membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal maka seorang siswa mempraktekannya dengan menggunakan anggota tubuhnya supaya dapat lebih mengingatnya.
8.      Kecerdasan Musik
Contohnya : seorang siswa pada saat akan ujian mata pelajaran fisika , dia dapat belajar dengan mendengarkan musik dengan cara materi yang dibaca seperti lagu supaya mudah untuk diingat.

C.     Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalahuntuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.Bagi seorang manajer, tujuan motivasi ialah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharpkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh, seseorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya pada diri sendiri; di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan kelas.[6]




D.    Jenis-jenis motivasi




1.      Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik
a.       Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam dirisetiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Misalnya : seorang siswa melakukan belajar, karena ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat  berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

b.      Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, Misalnya seorang siswa belajar karena tahun besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji temannya. Jadi belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah.[7]

Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif dibandingkan motivasi dari luar dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal.Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan membangkitkan perasaan ingin tahu, ingin coba, dan hasrat untuk maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian.

Menurut Davis dan Newstrom (1996), motivasi yangmemengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu: (1) motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju, dan berkembang; (2) motivasi berafiliasi, yaitudorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif; (3) motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi; dan (4) motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mondorong seseorang untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah.[8]


E.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI
McClelland menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:
1.      Harapan Orangtua terhadap Anaknya
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anaknya untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Dari penelitian diperoleh bahwa orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya.Mereka berkomunikasi, mendengarkan anak mereka, dan memastikan anak mereka menyelesaikan tugas-tugas sekolah.Mereka memberikan kesempatan bagi anak mereka untuk mengembangkan diri mereka agar dapat berdiri sendiri.Marsh (1991) menyatakan bahwa orangtua dapat mendorong anaknya untuk memiliki motivasi belajar melalui diskusi pekerjaan rumah mereka dan menjukkan minat terhadap yang mereka kerjakan. Motivasi akan tumbuh sehat pada diri seorang anak bila ia memiliki rasa keingintahuan dan senang bereksplorasi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang dibawanya ke rumah. Orangtua dari kelas sosial ekonomi menengah cenderung berorientasi ke masa depan dan melakukan usaha-usaha di atas.

2.      Pengalaman pada Tahun-tahun Pertama Kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi terhadao tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang.Biasanya hal ini dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama melalui interaksi dengan orangtua dan ‘significant others’.

3.      Latar Belakang Budaya Tempat Seseorang Dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.

4.     Peniruan Tingkah Laku (modeling)
Melalui ‘observational learning’ anak „mengambil‟ atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.

5.     Lingkungan Tempat Proses Pembelajaran Berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi „siswa‟ dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan. Selanjutnya di bawah ini dijabarkan mengenai cara -cara mengukur motivasi.

F.     CARA MEMBANGKITKAN MOTIVASI
1.      Pemberian penghargaan atau ganjaran
2.      Pemberian angka atau grade
3.      Keberhasilan dan tingkat aspirasi
4.      Pemberian pujian
5.      Kompetisi
6.      Pemberian harapan.[9]

G.    PERAN MOTIVASI DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN BELAJAR
Motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelligensi,dan bakat minat (Rustam,1988).seorang anak didik bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu,tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap pekerjaan itu. Motif yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat,sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.
Dengan demikian,motivasi memiliki peran strategis dalam belajar,baik pada saat akan memulai belajar,saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal,maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar harus dijalankan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.      Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktifitas belajar
2.      Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3.      Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman.
4.      Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
5.      Motivasi dapat memupuk optimism dalam belajar
6.      Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Sebagai tambahan ,berikut akan dikemukakan implikasi teori dan penelitian tentang motivasi pada pembelajaran sebagi berikut:
1.      Guru harus membantu siswa memperoleh dan mengkoordinir tujuan-tujuannya secara tepat
2.      Guru harus memberdayakan siswa dengan keyakinan-keyakinan yang bermakna tepat
3.      Guru harus memberikan perlengkapan untuk membantu siwa memonitor kemajuan yang mereka capai
4.     Guru harus memberikan pengalaman yang banyak dan juga menantang ,dimana anak-anak dari semua level keterampilan merasakan keberhasilan dan kompetensi mereka
5.      Guru harus mengadopsi dan mengomunikasikan pandangan kemampuan tambahan bagi siswa
6.   Guru harus menjelaskan pada siswa nilai dan arti penting mempelajari keterampilan tertentu, dengan menggunakan argumentasi yang autentik dan meyakinkan.

Dalam kurikulum 2013 , guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo,1998:5-6). Siswa dapat belajar aktif dan mandiri. Ia akan membangun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan yang kompleks. Dan dengan bantuan guru, siswa bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru. Sehingga ini dapat membantu siswa meningkatkan perkembangan mental dan berpikirnya.
Pada saat anak berinteraksi dengan orang tua atau teman yang lebih mampu, mereka saling bertukar ide dengan cara berfikir tentang representasi dan konsep. Sehingga pengetahuan ide, sikap dan system nilai yang dimiliki anak berkembang seperti halnya cara yang dia pelajari dari lingkungannya. Pembelajaran yang baik dan berhasil akan terlihat dari prestasi belajar siswa yang tinggi dan adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu juga meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran. Secara langsung metode seperti diatas yang diterapkan pada siswa mempengaruhi prestasi belajar , maka sangat diperlukan lingkungan yang baik dan kesiapan dalam diri siswa yang memberi pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dihasilkan. Tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program dapat diamati dengan mengevaluasinya. Evaluasi juga tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati guru, anak didik yang cantik diberikan nilai tinggi dan anak didik yang jelek atau kurang cantik diberikan nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana, sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh anak didik.
Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh :
a.       Kemampuan anak didik yang rendah
b.      Kualitas materi pelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat usia anak
c.       Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan  waktu yang diberikan
d.      Komponen proses belajar mengajar yangkurang sesuai dengan tujuan, dan
e.       Pihak sekolah tidak mengembangkan (MI) Multiple Intelligences.
Dengan demikian tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang demikiannya.

H.    TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI SISWA
Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditumbuhkan , dikembangkan, dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat motivasi seseorang makin kuat usaha untuk mencapai tujuan.Selain itu, motivasi juga harus diberikan dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat pula.Menurut Elliot (1996),ada tiga saat dimana seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar pada siswa ,yaitu :

1.      Pada saat mengawali belajar
Dua factor motivasi kunci dalam hal ini adalah sikap dan kebutuhan . Guru harus membentuk sikap yang positif pada diri siswa dan menumbuhkan kebutuhannya untuk belajar dan berprestasi . Setiap kali mengawali pelajaran,guru dapat memulai dengan pertanyaan untuk memancing siswa mengungkapkan sikap dan kebutuhan mereka terhadap pelajaran lalu perlahan-lahan siswa diarahkan untuk bersikap positif dan merasakan kebutuhannya.
Sebagai fasilisator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa(Suherman dkk,2001:76).

2.      Selama belajar
Dua proses kunci yang penting dalam hal ini adalah stimulasi dan pengaruh. Untuk menstimulasi siswa dapat dilakukan dengan menimbulkan daya tarik pelajaran,juga dapat dilakukan dengan mengadakan permainan. Selain itu, guru harus memengaruhi atribusi siswa terhadap hasil perilakunya , bila ia berhasil maka keberhasilan itu adalah atas usahanya akan tetapi jika gagal maka itu bukanlah kesalahan dan masih ada kesempatan untuk memperbaiki.
Guru juga harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dan menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari,1997:53).

3.      Mengakhiri Belajar
Proses kuncinya adalah kompetensi dan reinforcement. Guru harus membantu siswa mencapai kompetensi dengan meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan ,sedangkan reinforcement harus diberikan dengan segera dan sesuai dengan kadarnya.
Ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk memotivasi siswa atau pembelajar untuk belajar. Sardiman mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah melalui: (1) member angka, (2) hadiah, (3) saingan atau kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan yang diakui (Sardiman, 2001).
Nasution (1988) mengemukakan ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar, yaitu: (1) memadukan motof-motif yang sudah dimiliki, (2) memperjelas tujuan yang hendak dicapai sehingga siswa akan berbuat lebih efektif, (3) mengadakan persaingan, (4) memberi taukan hasik kerja yang dicapai, (5) pemberian contoh yang positif.
Azwar (dalam Irfan dkk., 2000). Ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk memotivasi siswa atau pembelajar untuk belajar mengemukakan teknik-teknik untuk memotivasi siswa, yaitu:
1.      Ganjaran (rewards). Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuhan akan penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku, dan dapat pula bersifat psikologis seperti pujian dan pengakuan. Pada umumnya ganjaran materi akan lebih afektif bila diberikan pada siswa tingkat rendah sedangkan ganjaran untuk tingkat yeng lebih atas harus lebih berbentuk simbolik atau psikologis.
2.      Nilai prestasi. Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EPTA dan untuk hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas di sekolah, akan memiliki nilai motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa masing-masing, tidak berdasarkana perbandingan dengan prestasi kelompok.
3.      Kompetisi. Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber motivasi yang ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetisi di kelas, haruslah diingat bahwa dalam kompetisi itu setiap siswa harus mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menang. Bila kompetisi itu menyangkut prestasi sekolah, maka harus ada pengelompokkan kemampuan lebih dulu. Apabila kan dibuat sustu kompetisi dalam menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik bila tugas itu merupakan tugas kelompok.
4.      Pengetahuan akan hasil belajar. Untuk tiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting artinya dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil. Para siswa sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk belajar. [10]

Di dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk belajar aktif, mandiri dan berfkir kreatif seperti:
1.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan gagasan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
2.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir dan memikirkan tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3.   Memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba melakukan dan melaksanakan gagasan-gagasan.
4.      Memberikan pengalaman pada siswa yang berhubungan dengan gagasan-gagasan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
5.   Menciptakan lingkungan belajar dan kondisif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa(Sugiono dan Haryanto,2011: 109).
Terkadang siswa mengalami kelelahan dalam belajar hingga sampai puncak kejenuhan ,itu semua bisa ditanggapi dengan :
1.      Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2.      Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
3.      Menata kembali lingkungan belajarnya meliputi pengubahan posisi mejatulis, lemari, rak, buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4.      Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5.      Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan materi diskusi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa:
1.      motivasi adalah keseluruhan dayapenggerak dalam diri seseorang karena adanya kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya
2.      Teori-teori motivasi adalah Teori Drive, Teori Insentif, Teori Opponent-process dan Teori Optimal-level.
3.      Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharpkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
4.      Jenis-jenis motivasi adalah interinsik dan ekstrinsik
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi motivasi yaitu harapan orang tua terhadap anaknya,Pengalaman pada Tahun-tahun Pertama Kehidupan dan peniruan tingkah laku.

SARAN
Kami mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca makalah apabila makalah ini terdapat kesalahan baik secara lisan maupun secara tulisan.







DAFTAR PUSTAKA



Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Khodijah, Nyayu.  2014. Psikologi PendidikanI. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto, M. Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
SJ, W.S. Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.





[1]W.S. Winkel SJ., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta,
1984, hlm. 27
[2]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung,
1996, hlm 71
[3]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 191-192
[4]Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa,
Angkasa, Bandung, 1990, hlm. 7

[5]  Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., Psikologi PendidikanI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 153
[6] Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 73
[7]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1998, hlm. 72
[8] Khodijah, S.Ag., M.Si, Op. Cit. hlm. 152
[9]Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2000, hlm. 184-186
[10] Khodijah, S.Ag., M.Si, Op. Cit, hlm. 158

Tidak ada komentar:

Posting Komentar