PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Motivasi
(Makalah
ini disusun sebagai materi diskusi matakuliah psikologi pendidikan prodi
pendidikan fisika)
Disusun
Oleh :
Nindya Novianti
|
1113 0163 00019
|
Pendidikan Fisika 2A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sudah
menjadi umum diketahui bahwa motivasi merupakan modal utama untuk sukses, namun
masalahnya tidak sesederhana ungkapannya karena motivasi ibarat baterai dalam
teknologi IT yang senantiasa membutuhkan re-charge agar dapat berfungsi
optimal. Me-recharge baterai IT mudah melakukannya karena hanya menyambung
kabel ke sumber energi listrik sudah dapat tercharge, tetapi bagi manusia
„susah-susah gampang‟; gampang - karena secara teknologi tidak
perlu alat bantu seperti kabel dan sumber energi listrik, susah bagi orang yang belum
mengenali sumber energi dalam dirinya untuk melakukan recharge. Hal
inilah yang menjadi tugas utama kita sebagai pembelajar agar dapat
membangkitkan motivasi diri mahasiswa agar senantiasa termotivasi untuk
belajar.
Banyak
orang berpendapat bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan seseorang dalam
belajar karena orang tersebut tidak mempunyai motivasi untuk belajar.Sering
pula muncul perdebatan di masyarakat, Satu pihak mengutarakan bahwa orang tua,
Guru, Dosen atau Instruktur atau Fasilitator kurang memotivasi peserta didik
untuk mengembangkan dirinya. Pihak lainnya berpendapat bahwa motivasi tidak
bisa dari luar, peserta didik sendirilah yang bisa dan harus
menumbuh-kembangkan motivasi belajarnya. Begitu pula di kalangan akademisi di
bidang pendidikan, psikologi, manajemen, dll.Banyak melakukan berbagai riset
dalam kaitan motivasi ini, dari berbagai sudut pandang.Jadi sudah banyak teori
tentang motivasi, yang mana cocok digunakan, sebagaimana layaknya teori
lainnya, tergantung dari sudut mana kita memandang dan dalam konteks situasi
yang mengiringinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian Motivasi ?
2.
Apa yang dimaksud dengan teori-teori motivasi
?
3.
Apa tujuan motivasi?
4.
Apa saja jenis-jenis motivasi?
5.
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar ?
6.
Bagaimana cara membangkitkan motivasi?
7. Apa
peran motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar?
8. Apa
saja teknik-teknik memotivasi siswa?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1.
Dapat menjelaskan pengertian motivasi.(C2)
2.
Dapat menguraikan teori-teori motivasi.(C2)
3.
Dapat menemukan tujuan motivasi.(C3)
4.
Dapat memberikan contoh jenis- jenis motivasi.(C2)
5.
Dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar.(C1)
6.
Dapat menciptakan cara membangkitkan motivasi.(C5)
7.
Dapat mengaitkan peran motivasi dalam mencapai
keberhasilan belajar.(A4)
8.
Dapat mempraktekan teknik-teknik memotivasi
siswa.(P3)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi
berarti “daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.Motivasi
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan aktivitas tertentu dan mencapai suatu tujuan.[1]
Menurut
Ngalim Purwanto motivasi adalah “Pendorongan”suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.[2]
Menurut
Frederick Mc. Donald yang dikutip oleh Wasty Soemanto memberikan sebuah definisi
tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
tujuan. Definisi ini ditandai dengan tiga hal yaitu:
1. Motivasi
dimulai dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang kita berasumsi bahwa setiap
perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam system neurofisiologis
dari pada organisme manusia..
2. Motivasi
itu ditandai oleh dorongan afektif.Dorongan afektif ini tidak mesti kuat.
Dorongan afektifyang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada
puladorongan afektif yang sulit untuk diamati.
3.
Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi
mencapai tujuanorang yang termotivasi, membuat rekasi-reaksi yangmengarahkan
dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untukmengurangi ketegangan yang
ditimbulkan oleh perubahan tenagadalam dirinya. Dengan kata lain motivasi
memimpin ke arahreaksi-reaksi mencapai tujuan.[3]
Dengan ketiga tanda di atas, maka dapat
dikatakan bahwamotivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi
akanmenyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya
tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dari
beberapa pengertian tentang motivasi di atas, dapatdiambil simpulan bahwa
motivasi adalah keseluruhan dayapenggerak dalam diri seseorang karena adanya
kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan
tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang
dari luar maupun dari dalam dirinya.[4]
Firman Allah SWT: Surah Ali Imran ayat 139
ÙˆَÙ„َا تَÙ‡ِÙ†ُوا ÙˆَÙ„َا تَØْزَÙ†ُوا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ُ الْØ£َعْÙ„َÙˆْÙ†َ Ø¥ِÙ†ْ
ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ
Artinya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. Ali Imran (3) :139)
Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati,
meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada
perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal
biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah.
Yang demikian itu
hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya
mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi
jika mereka benar-benar beriman.
B.
TEORI-TEORI
MOTIVASI
Morgan, dkk. (1986) mengemukakan empat teori
motivasi, yaitu: teori Drive, teori Insentif, teori Opponent-process, dan teori
Optimal-level.
1. Teori
Drive
Teori
ini digambarkan sebagai teori dorongan motivasi. Menurut teori ini
perilaku”didorong” ke arah tujuan dengan
kondisi drive (tergerak) dalam diri manusia atau hewan. Menurut teori
ini motivasi terdiri dari : (1) kondisi tergerak, (2) perilaku diarahkan ke
tujuan yang diawali dengan kondisi tergerak, (3) pencapaian tujuan secara
tepat, (4) reduksi kondisi tergerak dan kepuasan subjektif dan kelegaan tatkala
tujuan tercapai.
2. Teori
Insentif
Berbeda
dengan teori drive, teori ini digambarkan sebagai teori pull (tarikan). Menurut
teori ini, objek tujuan menarik perilaku ke arah mereka.Objek tujuan yang memotivasi
perilaku dikenal sebagai intensif. Bagian terpenting teori insentif adalah
individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa yang disebut intensif
positif dan menghindari apa yang disebut sebagai intensif negatif.
3. Teori
Opponent-process
Teori
ini mengambil pandangan hedonistik tentang motivasi, yang memandang bahwa
manusia dimotivasi untuk mencari tujuan yang memberi perasaan emosi senang dan
menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan.
4. Teori
Optimal-level
Menurut
teori ini individu dimotivasi untuk berperilaku dengan cara tertentu untuk
menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan.
Keempat
teori yang dikemukakan oleh Morgan, dkk.tersebut bisa dikatakan sebagai
pandangan lama tentang motivasi. Elliot, dkk. (1996) mengemukakan empat teori
motivasi yang saat ini banyak dianut, yaitu: teori Hierarki kebutuhan Maslow,
teori Kognitif Bruner, teori kebutuhan berprestasi, dan teori Atribusi.
1. Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow
Menurut
teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia memperoleh
pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan dalam teori Maslow, yaitu:
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri
(self-actualization).
2. Teori
Kognitif Bruner
Kunci
untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery learning.Siswa dapat
melihat makna pengetahuan, keterampilan, dan sikap bila mereka menemukan semua
itu sendiri.
3. Teori
Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)
McClelland
(dalam Elliot, 1996) menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan untuk
berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan, tugas-tugas yang
cukup sulit, dan ia mampu melakukannya dengan baik, mengharapkan umpan balik
yang mungkin, serta ia juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang terus
menerus.
4. Teori
Atribusi
Teori
ini bersandar pada tiga asumsi dasar (Petri, dalam Elliot, dkk. 1996).Pertama,
orang ingin tahu penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama
perilaku yang penting bagi mereka.Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab
perilaku mereka secara random.Ada penjelasan logis tentang penyebab perilaku
yang berhubungan dengan perilaku.Ketiga, penyebab perilaku yang ditetapkan
individu memengaruhi perilaku berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku
seseorang ditentukan bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama
sebelumnya.
5. Teori
Operant Conditioning Skinner
Menurut
Skinner, perilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi. Konsekuensi dari
perilaku sebelumnya memengaruhi perilaku yang sama. Dengan kata lain, orang
termotivasi untuk menunjukkan atau menghindari suatu perilaku karena
konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi ini ada dua, yaitu konsekuensi
positif yang disebut reward, dan konsekuensi negative yang disebut punishment.
Perilaku yang menimbulkan reward berpeluang untuk dilakukan kembali, sebaliknya
perilaku yang menimbulkan punishment akan dihindari.
6. Teori
Social Cognitive Learning
Menurut
Bandura (dalam Elliot, 1996), orang belajar berperilaku dengan cara mencontoh
perilaku orang lain yang dianggap berkompeten yang disebut model. Observasi
terhadap model dapat menghasilkan sebagian perubahan yang signifikan pada
perilaku manusia.[5]
- Multiple Intelligences
Teori
kecerdasan majemuk yang dirumuskan Gardner, seorang profesor bidang pendidikan
di Universitas Harvard ,telah banyak membantu perubahan dalam sistem
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berawal dari penelitian Gardner tentang
penerapannya ke dalam pembelajaran di sekolah-sekolah di Amerika Serikat, teori
ini mulai banyak diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia dengan
kontekstualitas berbeda-beda menurut negara masing-masing (Suparno, 2004:45).Pembelajaran
sendiri merupakan suatu upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa
agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal (Suherman, dkk,
2001:8). Berdasarkan teori kecerdasan majemuk, untuk melaksanakan proses
belajar agar tumbuh secara optimal, guru harus memperhatikan potensi yang
dimiliki siswa, termasuk kecerdasan. Guru perlu menyadari bahwa kecerdasan yang
dimiliki oleh masing-masing siswa adalah beragam. Oleh karena itu, guru perlu
mengelola pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman kecerdasan
tersebut. Dengan cara ini, guru dapat memunculkan dan mengakui bakat khusus
masing-masing siswa sehingga siswa merasa difasilitasi untuk mengembangkan
kecerdasannya masing-masing.Gardner (2003:292) mengungkapkan bahwa topik apa
pun yang kaya, dan bergizi atau konsep apa pun yang berharga untuk diajarkan,
dapat didekati paling sedikit dalam lima cara berbeda yang secara kasar
memetakan kecerdasan majemuk. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Bellanca,
dkk (1997:vi) bahwa meskipun topik yang diajarkan merupakan bidang studi
tunggal (single discipline) seperti geometri, dengan
menggunakan teori kecerdasan majemuk, guru dapat mengajar dengan menggunakan kecerdasan
yang berbeda-beda secara bersamaan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat
melibatkan sebanyak mungkin kecerdasan, yang dikemukakan Gardner. Untuk dapat
melibatkan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran perlu dikembangkan strategi
pengajaran yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan. Berikut ini adalah
penjelasan tentang strategi pengajaran pada masing-masing kecerdasan.
1.
Kecerdasan
verbal / linguistik (verbal / linguistic intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita (story telling), curah pendapat (brainstorming), membuat jurnal tentang materi yang dipelajari, atau menerbitkan majalah dinding (Armstrong, 2009:73-76). Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan linguistik dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa bekerja kelompok dan mengkomunikasikan ide matematika mereka dan meminta siswa untuk menyatakan jawaban mereka dalam bentuk verbal.
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita (story telling), curah pendapat (brainstorming), membuat jurnal tentang materi yang dipelajari, atau menerbitkan majalah dinding (Armstrong, 2009:73-76). Dalam pembelajaran matematika, kecerdasan linguistik dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa bekerja kelompok dan mengkomunikasikan ide matematika mereka dan meminta siswa untuk menyatakan jawaban mereka dalam bentuk verbal.
2.
Kecerdasan
visual/spasial (visual/spatial intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan
visualisasi materi, membuat sketsa untuk sebuah ide, gambar, simbol grafik,
menggunakan pola kewarnaan pada spidol papan tulis dan buku catatan siswa dan
mengadakan eksperimen laboratorium (Suparno, 2004:91, Armstrong, 2009:79-82).
Dalam pembelajaran matematika kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan mengajak
siswa untuk membuat peta konsep tentang materi, melukis bangun-bangun geometri,
membuat representasi berupa grafik atau gambar atas sebuah persoalan,
dan sebagainya.
3.
Kecerdasan
logis-matematis (logical-mathematical intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa untuk berhitung, membuat klasifikasi dan kategorisasi, membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, berfikir kritis dan membuat analogi (Armstrong, 2009:76-79). Dalam pembelajaran matematika, cara-cara ini memang telah digunakan, tetapi untuk dapat melibatkan kecerdasan ini secara terencana, guru perlu mendesain pembelajaran dengan mengajarkan langkah-langkah berpikir ilmiah dan alur pemecahan masalah yang benar kepada siswa.
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan cara mendorong siswa untuk berhitung, membuat klasifikasi dan kategorisasi, membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, berfikir kritis dan membuat analogi (Armstrong, 2009:76-79). Dalam pembelajaran matematika, cara-cara ini memang telah digunakan, tetapi untuk dapat melibatkan kecerdasan ini secara terencana, guru perlu mendesain pembelajaran dengan mengajarkan langkah-langkah berpikir ilmiah dan alur pemecahan masalah yang benar kepada siswa.
4.
Kecerdasan musik (musical
intelligence), Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi dengan musik. Siswa juga dapat
mengungkapkan materi dalam bentuk suara (Suparno, 2004:91). Sebagai contoh,
konsep atau rumus matematika dapat diubah menjadi lirik-lirik lagu untuk
kemudian dinyanyikan bersama di dalam kelas.
5.
Kecerdasan
tubuh/kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence),
Untuk melibatkan kecerdasan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk ekspresi gerak tubuh seperti mendramatisir, membuat teater, dan hands-on thinking. Dalam pembelajaran matematika, strategi pengajaran dengan menggunakan hands-on thinking dapat digunakan untuk melakukan aktivitas penemuan konsep ataupun pengembangan keterampilan matematika seperti menemukan jaring-jaring kubus dan pendekatan phi dalam topik lingkaran.
Untuk melibatkan kecerdasan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk ekspresi gerak tubuh seperti mendramatisir, membuat teater, dan hands-on thinking. Dalam pembelajaran matematika, strategi pengajaran dengan menggunakan hands-on thinking dapat digunakan untuk melakukan aktivitas penemuan konsep ataupun pengembangan keterampilan matematika seperti menemukan jaring-jaring kubus dan pendekatan phi dalam topik lingkaran.
6.
Kecerdasan
interpersonal (interpersonal intelligence),
Untuk melibatkan kecerdasan ini, siswa
dapat didorong untuk melakukan diskusi berpasangan (peer sharing),
membuat kelompok kooperatif, melakukan simulasi kelompok, dan permainan bersama
(Armstrong, 2009:88-90). Dalam pembelajaran matematika, contoh pelibatan
kecerdasan ini adalah dengan mendorong siswa untuk mengkomunikasikan ide
tentang suatu masalah matematika di dalam kelompok kooperatif dengan
memperhatikan keaktifan masing-masing anggota kelompok sehingga pemecahan
masalah tidak dikuasai oleh beberapa anggota kelompok saja sedangkan yang lain
pasif.
7.
Kecerdasan
intrapersonal (intrapersonal intelligence),
Kecerdasan ini dapat dilibatkan ke dalam
pembelajaran dengan cara memberikan waktu kepada siswa untuk refleksi sejenak
atas pemahaman mereka sebelum mengikuti pembelajaran subbab selanjutnya. Pada
akhir pelajaran siswa diminta untuk memikirkan apa yang mereka peroleh selama
mengikuti pelajaran (Suparno, 2004:92). Dalam pembelajaran matematika pun
demikian. Guru dapat meminta siswa untuk menuliskan kembali apa yang mereka
pahami dan kegunaan apa yang bisa diperoleh dari topik matematika yang telah
dipelajari.
8.
Kecerdasan
naturalis (naturalist intelligence),
Kecerdaan ini dapat dilibatkan dengan
mengajak siswa untuk melihat apakah topik yang dipelajari berkaitan dengan
lingkungan hidup mereka atau dengan alam tempat mereka hidup (Suparno,
2004:92). Untuk mempelajari topik matematika seperti pengukuran dan bangun-bangun
geometri, siswa dapat diminta untuk mencari benda-benda alam yang berkaitan
dengan bentuk geometri tertentu seperti lingkaran, kubus, prisma, dan bola
kemudian mendiskusikan pengukurannya.
9.
Kecerdasan
eksistensial (existential intelligence).
Kecerdasan ini dapat dilibatkan dengan
mengajak siswa untuk mempertanyakan soal keberadaannya dan alam semesta. Dalam
pembelajaran matematika, beberapa konsep seperti bilangan nol dan tak hingga,
bilangan yang sangat besar dan sangat kecil, bilangan irasional, bilangan
imajiner, dan probabilitas dapat didiskusikan tidak hanya pada konsep
matematikanya saja tetapi dapat dihubungkan dengan keberadaan diri, tuhan dan
alam semesta (Armstrong, 2009:187)
Berdasarkan
teori-teori diatas dapat dihubungkan dengan adanya Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) :
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
Sekolah
: SMP
MAKARYA
Kelas /
Semester
: VIII (Delapan) / II (Genap)
Mata Pelajaran
: FISIKA
Waktu
:
Jumlah Pertemuan
:
Standar Kompetensi
1.
Menguraikan pengertian, konsep getaran
dan gelombang, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C2)
Kompetensi Dasar
1.1 Menunjukkan
gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum ( P1)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Membedakan
jenis-jenis gelombang (P1)
2. Memberikan
contoh tentang jenis-jenis gelombang dalam kehidupan sehari hari (C2)
3. Membedakan
persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner (P5)
4. Menunjukkan
karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik (C3)
5. Menemukan
sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C6)
A.
Tujuan pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.
Menyebutkan
definisi gelombang dan besaran-besaran gelombang (C1)
Alasan :
Guru disekolah sebagai pembimbing untuk
mendorong siswa dapat mengungkapkan
gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
2.
Membedakan
gelombang transversal dan gelombang longitudinal (P1)
Alasan :
Guru mendorong anak untuk dapat membedakan gelombang yang sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Menanggapi
sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (P2)
Alasan : Guru lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga anak mampu
berpendapat yang telah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
4.
Mengaitkan
getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari (A4)
Alasan :
Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak
sehingga dapat menemukan dikehidupan sehari-hari.
5.
Memberikan
contoh tentang jenis-jenis gelombang (C2)
Alasan :
Pembimbing tidak memaksakan pendapat atau tanggapan kepada siswa tetapi
mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan dapat mengemukakan pendapat yang
telah diketahui.
6.
Menunjukkan
hubungan antara panjang gelombang , frekuensi, cepat rambat, dan periode
gelombang ( C4)
Alasan :
Pembimbing berusaha mendorong ide kreatif yang terdapat pada diri siswa
sehingga siswa dapat mengeluarkan pendapat tanpa dipaksakan.
7.
Menjodohkan
jenis-jenis gelombang (P7)
Alasan :
Pembimbing berusaha mendorong siswa berfikir untuk memecahkan suatu persoalan.
8.
Mendesain
jenis-jenis gelombang (C1)
Alasan : Pembimbing dapat mendorong siswa untuk mengeksplorasi kemampuan yang ada
didalam diri siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikan imajinasi yang telah
difikirkan ke dalam desain jenis-jenis gelombang.
9.
Menyatakan
pendapat tentang konsep getaran dan gelombang (A3)
Alasan :
Pembimbing berusaha mendorong siswa mengeluarkan pendapat yang telah difikirkan
dan memotivasi siswa untuk berani mengeluarkan pendapat .
- Aplikasi evaluasi prestasi belajar
No
|
Ranah/Jenis Prestasi
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
1
|
Ranah Cipta(Kognitif)
|
||
Pengamatan
|
Dapat Menunjukkan
|
Tes Lisan
|
|
Dapat Membandingkan
|
Tes Tertulis
|
||
Dapat Menghubungkan
|
Observasi
|
||
Ingatan
|
Dapat Menyebutkan
|
Tes Lisan
|
|
Dapat Menunjukkan
|
Tes Tertulis
|
||
kembali
|
Observasi
|
||
pemahaman
|
Dapat Menjelaskan
|
Tes Lisan
|
|
Dapat Mengidentifikasi
|
Tes Tertulis
|
||
dengan lisan sendiri
|
Observasi
|
||
Penerapan
|
Dapat memberikan contoh
|
Tes Lisan
|
|
Dapat menggunakan
|
Pemberian tugas
|
||
secara tepat
|
Observasi
|
||
Analisis(pemeriksaan
|
Dapat Menguraikan
|
Tes Tertulis
|
|
dan pemilihan secara
|
Dapat Mengklasifikasi
|
Pemberian tugas
|
|
teliti)
|
|||
Sintesis(membuat
|
Dapat menghubungkan
|
Tes Tertulis
|
|
paduan baru dan
|
Dapat menyimpulkan
|
Pemberian tugas
|
|
utuh)
|
Dapat Menggeneralisasikan
|
||
2
|
Ranah Rasa(Afektif)
|
Menunjukkan sikap menerima
|
Tes Tertulis
|
Penerimaan
|
menunjukkan sikap menolak
|
Tes Skala Sikap
|
|
Observasi
|
|||
Sambutan
|
Kesediaan berpartisipasi
|
Tes Skala Sikap
|
|
Kesediaan memanfaatkan
|
Pemberian tugas
|
||
Observasi
|
|||
Apresiasi(sikap
|
Menganggap penting dan
|
Tes Skala Sikap
|
|
menghargai)
|
bermanfaat
|
Pemberian tugas
|
|
menganggap indah dan
|
Observasi
|
||
harmonis
|
|||
Mengagumi
|
|||
Internalisasi
|
Mengakui dan meyakini
|
Tes Skala Sikap
|
|
(pengalaman)
|
Mengingkari
|
Pemberian tugas
|
|
yang ekspresif dan
|
|||
proyektif
|
|||
Karakteristik
|
Melembagakan atau
|
Pemberian tugas
|
|
(penghayatan)
|
meniadakan
|
ekspresif dan
|
|
Menjelmakan dalam pribadi
|
proyektif
|
||
dan perilaku sehari-hari
|
Observasi
|
||
3
|
Ranah Karsa
|
Mengkoordinasikan gerak mata
|
Observasi
|
(psikomotorik)
|
,tangan,kaki dan anggota
|
Tes Tindakan
|
|
keterampilan bergerak
|
tubuh lainnya
|
||
dan bertindak
|
|||
Kecakapan ekspresi
|
Mengucapkan
|
Tes Lisan
|
|
verbal dan nonverbal
|
Membuat mimik dan Gerak
|
Observasi
|
|
Jasmani
|
Tes Tindakan
|
- Contoh pengajaran dalam pelajaran fisika di tingkat SMP berdasarkan multiple intelligences
Berdasarkan
di dalam RPP siswa dituntut untuk mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri siswa.
1. Kecerdasan
Linguistik
Contohnya : Ketika siswa diminta mendefinisi gelombang dan besaran-besaran gelombang maka siswa harus menyatakan jawabannya dalam
bentuk verbal.
2. Kecerdasan Visual
Contohnya :
Ketika siswa diminta mendesain jenis-jenis gelombang maka siswa mampu membuat
desain berupa gambar ataupun peta konsep.
3. Kecerdasan Eksistenstial
Contohnya :
Ketika siswa diminta menanggapi sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari maka siswa langsung mencari asal mula terbentuknya
gelombang yang di dapat dari sumber-sumber tertentu.
4. Kecerdasan
Naturalis
Contohnya : Ketika siswa diminta mengaitkan getaran dan gelombang dalam
kehidupan sehari-hari maka siswa dapat melihat topik yang dijelaskan terdapat
dalam kehidupan sehari-hari atau tidak.
5. Kecerdasan Intrapersonal
Contohnya :
Ketika siswa diminta menyatakan pendapat tentang konsep getaran dan gelombang
maka siswa dapat merefleksi sejenak atas pemahaman mereka
sebelum mengikuti pembelajaran subbab selanjutnya.
6. Kecerdasan
Interpersonal
Contohnya : Ketika siswa diminta menjodohkan jenis-jenis gelombang maka siswa
dapat terdorong untuk mengkomunikasikan ide tentang suatu masalah dalam
fisika dengan memperhatikan keaktifan dalam mengelola suatu persoalan.
7. Kecerdasan
Kinetik
Contohnya : Ketika diberikan tugas
memberikan membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal maka seorang
siswa mempraktekannya dengan menggunakan anggota tubuhnya supaya dapat lebih
mengingatnya.
8. Kecerdasan
Musik
Contohnya : seorang siswa pada saat akan
ujian mata pelajaran fisika , dia dapat belajar dengan mendengarkan musik
dengan cara materi yang dibaca seperti lagu supaya mudah untuk diingat.
C.
Tujuan
motivasi
Secara umum
dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalahuntuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.Bagi seorang manajer,
tujuan motivasi ialah untuk menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha
meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang
dipimpinnya.Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu
para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharpkan dan
ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh, seseorang guru
memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat
mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu dalam diri
anak tersebut timbul rasa percaya pada diri sendiri; di samping itu timbul
keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju ke depan
kelas.[6]
1. Motivasi
Instrinsik dan Ekstrinsik
a. Motivasi
instrinsik, yaitu motivasi yang menjadi aktif atau
berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam dirisetiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.Misalnya : seorang siswa melakukan belajar,
karena ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,
tidak karena tujuan yang lain-lain.
b.
Motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan dari
orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima
ganjaran atau menghindari hukuman, Misalnya seorang siswa belajar karena tahun
besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan
dipuji temannya. Jadi belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi
ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah.[7]
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi
dari dalam lebih efektif dibandingkan motivasi dari luar dalam upaya mencapai
hasil belajar yang optimal.Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan membangkitkan
perasaan ingin tahu, ingin coba, dan hasrat untuk maju dalam belajar, sedangkan
motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran, yaitu hukuman
dan pujian.
Menurut Davis dan Newstrom (1996),
motivasi yangmemengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk
belajar, terbagi atas empat pola, yaitu: (1) motivasi berprestasi, yaitu
dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju, dan berkembang; (2) motivasi
berafiliasi, yaitudorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif;
(3) motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan
kualitas tinggi; dan (4) motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi
orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan
mondorong seseorang untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah.[8]
E.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BERPRESTASI
McClelland menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:
1. Harapan
Orangtua terhadap Anaknya
Orangtua
yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan
mendorong anaknya untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian
prestasi. Dari penelitian diperoleh bahwa orangtua dari anak yang berprestasi
melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya.Mereka berkomunikasi,
mendengarkan anak mereka, dan memastikan anak mereka menyelesaikan tugas-tugas
sekolah.Mereka memberikan kesempatan bagi anak mereka untuk mengembangkan diri
mereka agar dapat berdiri sendiri.Marsh (1991) menyatakan bahwa orangtua dapat
mendorong anaknya untuk memiliki motivasi belajar melalui diskusi pekerjaan
rumah mereka dan menjukkan minat terhadap yang mereka kerjakan. Motivasi akan
tumbuh sehat pada diri seorang anak bila ia memiliki rasa keingintahuan dan
senang bereksplorasi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah yang dibawanya ke rumah.
Orangtua dari kelas sosial ekonomi menengah cenderung berorientasi ke masa
depan dan melakukan usaha-usaha di atas.
2. Pengalaman
pada Tahun-tahun Pertama Kehidupan
Adanya
perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi
terhadao tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri
seseorang.Biasanya hal ini dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama
melalui interaksi dengan orangtua dan ‘significant others’.
3. Latar
Belakang Budaya Tempat Seseorang Dibesarkan
Bila
dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras,
sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu
untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal,
maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.
4. Peniruan Tingkah Laku (modeling)
Melalui
‘observational learning’ anak „mengambil‟ atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam
kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam
derajat tertentu.
5. Lingkungan
Tempat Proses Pembelajaran Berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak
mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi „siswa‟ dalam belajar,
cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi
terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan. Selanjutnya di
bawah ini dijabarkan mengenai cara -cara mengukur motivasi.
F.
CARA
MEMBANGKITKAN MOTIVASI
1.
Pemberian
penghargaan atau ganjaran
2.
Pemberian angka
atau grade
3.
Keberhasilan dan
tingkat aspirasi
4.
Pemberian pujian
5.
Kompetisi
6.
Pemberian
harapan.[9]
G.
PERAN
MOTIVASI DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN BELAJAR
Motivasi
merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain
kondisi kesehatan secara umum, intelligensi,dan bakat minat
(Rustam,1988).seorang anak didik bukan tidak bisa mengerjakan sesuatu,tetapi
ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu banyak terhadap
pekerjaan itu. Motif yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak
kuat,sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.
Dengan
demikian,motivasi memiliki peran strategis dalam belajar,baik pada saat akan
memulai belajar,saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar
perannya lebih optimal,maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar
harus dijalankan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.
Motivasi sebagai penggerak yang
mendorong aktifitas belajar
2.
Motivasi intrinsik lebih utama
daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar.
3.
Motivasi berupa pujian lebih baik
dari pada hukuman.
4.
Motivasi berhubungan erat dengan
kebutuhan belajar
5.
Motivasi dapat memupuk optimism
dalam belajar
6.
Motivasi melahirkan prestasi dalam
belajar
Sebagai tambahan ,berikut akan dikemukakan implikasi
teori dan penelitian tentang motivasi pada pembelajaran sebagi berikut:
1. Guru
harus membantu siswa memperoleh dan mengkoordinir tujuan-tujuannya secara tepat
2. Guru
harus memberdayakan siswa dengan keyakinan-keyakinan yang bermakna tepat
3. Guru
harus memberikan perlengkapan untuk membantu siwa memonitor kemajuan yang
mereka capai
4. Guru
harus memberikan pengalaman yang banyak dan juga menantang ,dimana anak-anak
dari semua level keterampilan merasakan keberhasilan dan kompetensi mereka
5. Guru
harus mengadopsi dan mengomunikasikan pandangan kemampuan tambahan bagi siswa
6. Guru
harus menjelaskan pada siswa nilai dan arti penting mempelajari keterampilan
tertentu, dengan menggunakan argumentasi yang autentik dan meyakinkan.
Dalam
kurikulum 2013 , guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri (Hudojo,1998:5-6). Siswa dapat belajar aktif dan
mandiri. Ia akan membangun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan
yang kompleks. Dan dengan bantuan guru, siswa bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu
informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman
baru. Sehingga ini dapat membantu siswa meningkatkan perkembangan mental dan
berpikirnya.
Pada
saat anak berinteraksi dengan orang tua atau teman yang lebih mampu, mereka
saling bertukar ide dengan cara berfikir tentang representasi dan konsep.
Sehingga pengetahuan ide, sikap dan system nilai yang dimiliki anak berkembang
seperti halnya cara yang dia pelajari dari lingkungannya. Pembelajaran yang
baik dan berhasil akan terlihat dari prestasi belajar siswa yang tinggi dan
adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa sesuai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu juga meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi
pelajaran. Secara langsung metode seperti diatas yang diterapkan pada siswa
mempengaruhi prestasi belajar , maka sangat diperlukan lingkungan yang baik dan
kesiapan dalam diri siswa yang memberi pengaruh terhadap prestasi belajar yang
akan dihasilkan. Tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu program dapat diamati dengan mengevaluasinya. Evaluasi
juga tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati guru, anak didik yang cantik
diberikan nilai tinggi dan anak didik yang jelek atau kurang cantik diberikan
nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan
bijaksana, sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh anak
didik.
Ketidakberhasilan
proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh :
a. Kemampuan
anak didik yang rendah
b. Kualitas
materi pelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat usia anak
c. Jumlah
bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang diberikan
d. Komponen
proses belajar mengajar yangkurang sesuai dengan tujuan, dan
e. Pihak
sekolah tidak mengembangkan (MI) Multiple Intelligences.
Dengan demikian tujuan
evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan
dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak didik pada situasi
belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang
demikiannya.
H.
TEKNIK-TEKNIK
MOTIVASI SISWA
Motivasi tidak
selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditumbuhkan , dikembangkan, dan
diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat motivasi seseorang makin kuat usaha
untuk mencapai tujuan.Selain itu, motivasi juga harus diberikan dengan cara
yang tepat dan waktu yang tepat pula.Menurut Elliot (1996),ada tiga saat dimana
seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar pada siswa ,yaitu :
1. Pada
saat mengawali belajar
Dua factor motivasi kunci dalam hal ini
adalah sikap dan kebutuhan . Guru harus membentuk sikap yang positif pada diri
siswa dan menumbuhkan kebutuhannya untuk belajar dan berprestasi . Setiap kali
mengawali pelajaran,guru dapat memulai dengan pertanyaan untuk memancing siswa
mengungkapkan sikap dan kebutuhan mereka terhadap pelajaran lalu perlahan-lahan
siswa diarahkan untuk bersikap positif dan merasakan kebutuhannya.
Sebagai fasilisator guru bertanggung
jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru
dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa. Mendiagnosis dan
mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan
pemahaman siswa(Suherman dkk,2001:76).
2. Selama
belajar
Dua proses kunci yang penting dalam hal
ini adalah stimulasi dan pengaruh. Untuk menstimulasi siswa dapat dilakukan
dengan menimbulkan daya tarik pelajaran,juga dapat dilakukan dengan mengadakan
permainan. Selain itu, guru harus memengaruhi atribusi siswa terhadap hasil
perilakunya , bila ia berhasil maka keberhasilan itu adalah atas usahanya akan
tetapi jika gagal maka itu bukanlah kesalahan dan masih ada kesempatan untuk
memperbaiki.
Guru juga harus menyediakan dan
memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif.
Sedemikian rupa sehingga para siswa dan menciptakan, membangun, mendiskusikan,
membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya
(Setyosari,1997:53).
3. Mengakhiri
Belajar
Proses kuncinya adalah kompetensi dan
reinforcement. Guru harus membantu siswa mencapai kompetensi dengan meyakinkan
bahwa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan ,sedangkan reinforcement harus diberikan dengan segera dan sesuai
dengan kadarnya.
Ada
banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk
memotivasi siswa atau pembelajar untuk belajar. Sardiman mengemukakan beberapa
bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah
melalui: (1) member angka, (2) hadiah, (3) saingan atau kompetisi, (4)
ego-involvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8)
hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan yang diakui
(Sardiman, 2001).
Nasution
(1988) mengemukakan ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar,
yaitu: (1) memadukan motof-motif yang sudah dimiliki, (2) memperjelas tujuan
yang hendak dicapai sehingga siswa akan berbuat lebih efektif, (3) mengadakan
persaingan, (4) memberi taukan hasik kerja yang dicapai, (5) pemberian contoh
yang positif.
Azwar
(dalam Irfan dkk., 2000). Ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang
pendidik atau guru untuk memotivasi siswa atau pembelajar untuk belajar
mengemukakan teknik-teknik untuk memotivasi siswa, yaitu:
1. Ganjaran
(rewards). Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuhan
akan penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat bersifat
simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku, dan dapat pula
bersifat psikologis seperti pujian dan pengakuan. Pada umumnya ganjaran materi
akan lebih afektif bila diberikan pada siswa tingkat rendah sedangkan ganjaran
untuk tingkat yeng lebih atas harus lebih berbentuk simbolik atau psikologis.
2. Nilai
prestasi. Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EPTA dan untuk hasil
pekerjaan rumah maupun tugas-tugas di sekolah, akan memiliki nilai motivasi
yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat terutama dalam memberikan
nilai terhadap tugas-tugas sekolah sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan
kemajuan belajar siswa masing-masing, tidak berdasarkana perbandingan dengan
prestasi kelompok.
3. Kompetisi.
Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber motivasi yang
ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetisi di kelas, haruslah diingat
bahwa dalam kompetisi itu setiap siswa harus mempunyai kesempatan yang sama
besar untuk menang. Bila kompetisi itu menyangkut prestasi sekolah, maka harus
ada pengelompokkan kemampuan lebih dulu. Apabila kan dibuat sustu kompetisi
dalam menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik bila tugas itu merupakan
tugas kelompok.
4. Pengetahuan
akan hasil belajar. Untuk tiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting
artinya dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil. Para siswa
sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif dalam memotivasi siswa
untuk belajar. [10]
Di
dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk belajar aktif, mandiri dan
berfkir kreatif seperti:
1. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan gagasan dengan menggunakan bahasa mereka
sendiri.
2. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk berfikir dan memikirkan tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk mencoba melakukan dan melaksanakan gagasan-gagasan.
4. Memberikan
pengalaman pada siswa yang berhubungan dengan gagasan-gagasan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya.
5. Menciptakan
lingkungan belajar dan kondisif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
siswa(Sugiono dan Haryanto,2011: 109).
Terkadang siswa
mengalami kelelahan dalam belajar hingga sampai puncak kejenuhan ,itu semua
bisa ditanggapi dengan :
1. Istirahat
dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Menjadwal
dengan baik proses belajarnya.
3. Menata
kembali lingkungan belajarnya meliputi pengubahan posisi mejatulis, lemari,
rak, buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan
siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberi
stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih
giat dari pada sebelumnya.
5. Membuat
kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar dan
belajar lagi.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan materi diskusi yang telah
dijelaskan dapat disimpulkan bahwa:
1.
motivasi adalah keseluruhan
dayapenggerak dalam diri seseorang karena adanya kebutuhan atau keinginan yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan tertentu dan
memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari
luar maupun dari dalam dirinya
2.
Teori-teori motivasi adalah Teori Drive,
Teori Insentif, Teori Opponent-process dan Teori Optimal-level.
3.
Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharpkan dan ditetapkan di dalam
kurikulum sekolah.
4.
Jenis-jenis
motivasi adalah interinsik dan ekstrinsik
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi motivasi yaitu harapan orang tua terhadap anaknya,Pengalaman
pada Tahun-tahun Pertama Kehidupan dan peniruan tingkah laku.
SARAN
Kami mengharapkan kritik dan saran
kepada para pembaca makalah apabila makalah ini terdapat kesalahan baik secara
lisan maupun secara tulisan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi PendidikanI. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto, M. Ngalim. 2013.
Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto,
Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
SJ, W.S. Winkel. 1984. Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Soemanto,
Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata,
Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1990.
Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
[1]W.S.
Winkel SJ., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia,
Jakarta,
1984, hlm. 27
[2]Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung,
1996, hlm 71
[3]Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 191-192
[4]Henry Guntur Tarigan, Membaca
Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa,
Angkasa,
Bandung, 1990, hlm. 7
[5] Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., Psikologi
PendidikanI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 153
[6]
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Psikologi Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 73
[7]Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1998,
hlm. 72
[8]
Khodijah, S.Ag., M.Si, Op. Cit. hlm. 152
[9]Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung,
2000, hlm. 184-186
[10]
Khodijah, S.Ag., M.Si, Op. Cit, hlm. 158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar