Jumat, 27 Juni 2014

TEORI KONSTRUKTIVISTIK

TEORI KONSTRUKTIVISTIK

NAMA DOSEN : Nuraida M.Si

Disusun Oleh :


                  Nindya Novianti
1113 0163 00019


FISIKA 2 A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
 JAKARTA
2014

                    A.  LATAR BELAKANG
Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang guru kepada orang lain (siswa). Beberapa pemikiran teori belajar konstruktivistik dapat dipahami pada penjelasan dibawah ini dan teori konstruktivistik pada blog ini terdapat sebuah latihan RPP yang digunakan untuk memberikan suatu pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Disamping itu juga terdapat metode-metode pembelajaran yang digunakan untuk seorang guru dalam memberikan suatu pengajaran kepada siswa disekolah .
 Dengan menerapkan beberapa pendekatan yang dapat diterapkan kedalam kelas supaya membuat siswa dikelas dapat menerima ilmu tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun. Tetapi atas kemauan dirinya sendiri untuk memperoleh ilmu disekolah. Seorang guru tidak hanya dapat memberikan pengetahuan akademik maupun non akademik kepada siswa . Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru hanya memfasilitasi dan memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan sendiri gagasan-gagasannya.

                   B.  TUJUAN PENULISAN
1.     Dapat menjelaskan pengertian Konstruktivistik(C2).
2. Dapat menguraikan pokok-pokok teori Konstruktivistik beserta nama tokohnya (C2).
3.     Dapat mengaitkan teori konstruktivistik dalam pendekatan pembelajaran di dalam kelas (A4).
4.   Dapat menunjukkan perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional (behavioristik) dengan pembelajaran Konstruktivistik (A5).
5.  Dapat mempraktekan teori konstruktivistik ke dalam latihan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)(P3).
6.     Dapat mendesain model pembelajaran konstruktivistik (P7).

C.  TEORI KONSTRUKTIVISTIK
1.     Teori Hilgard dan Bower
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.
Dari definisi-definisi di atas ada beberapa hal yang mencirikan pengertian belajar yaitu: 1) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mengarah kepada perubahan yang lebih baik atau sebaliknya, 2) belajar terjadi melalui pengalaman atau latihan, 3) dalam belajar perubahan harus dalam jangka waktu yang relative panjang atau merupakan akhir dari suatu periode waktu tertentu, 4) perubahan tingkah laku tersebut terjadi pada aspek fisik mapun psikis baik berupa keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap. Belajar dalam arti yang terbatas siswa di sekolah dapat berarti penguasaan/penambahan materi pelajaran dalam berbagai kompetensi yaitu kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotorik yang terjadi melalui proses interaksi aktif dari individu yang sedang belajar dengan lingkungan di sekitarnya.
Pendekatan konstruktivisme yang menganggap pembentukan pengetahuan sebagai suatu proses konstruksi yang terus menerus, terus berkembang dan terus berubah memaknai belajar sebagai proses aktif siswa mengonstruksi sesuatu.
  
2.     Teori Konstruktivisme Piaget

        Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan schema / schemata atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan disekelililingnya.
         Secara ringkas dijelaskan bahwa menurut teori skema, seluruh pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit pengetahuan ini atau skemata ini disimpanlah informasi. Sehingga skema dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau tentang bagaimana pengetahuan itu diterapkan.
        Lebih lanjut piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat sesuai dengan perkembangan usianya, bergerak dari sekedar reflek-reflek awal sepertimenangis, menyusu, menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya tentu saja teori perkembangan kognitif, sehingga beberapa konsep pokok seperti skema, asimilasi, dan akomodasi tetap relevan.
               Dampak teori kontruktivisme terhadap pembelajaran Kurikulum pendidik harus merencanakan kurikulum yang berkembang sesuai peningkatan logika anak dan konseptual anak. Pengajaran guru harus lebih menekankan pentingnya peran pengalaman bagi anak. Atau interaksi anak dengan lingkungan sekelilingnya, misalnya guru harus mencermati peran penting konsep-konsep fundamental seperti kelestarian objek-objek serta permainan-permainan yang menunjang struktur kognitifnya.
3.    Teori Konstruktivisme Sosial Vigotsky
         Sebagai seorang yang dianggap pionir dalam filosofi konstruktivisme, vigotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai kognisi sosial. Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu.Oleh karena itu perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya dari lingkungan keluarganya, dimana ia berkembangan. Beberapa kunci pemikiran kognisi sosial dari vigotsky antara lain:
a. Kebudayaan menciptakan dua macam kontribusi terhadap perkembangan intelektual anak, yaitu anak mendapatkan sebagian besar kandungan hasil pemikirannya, dan juga memberi makna terhadap hasil pemikirannya, hal ini oleh Vigotsky disebut sebagai perangkat-perangkat yang diperlukan bagi adaptasi intelektual.
b.   Perkembangan kognitif siswa dihasilkan dari sebuah proses dialektika dimana seorang siswa  belajar melalui pengalaman-pengalaman pemecahan masalah akan dipakainya untuk saling bnerbagi dengan orang lalin.
c.   Sebagai hasil kemajuan belajar anak mempunya bahasanya sendiri yang dipergunakan sebagai perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya, bahkan anak-anak kadang menggunakan bahasanya sendiri untuk mengarahkan perilakunya.
d.    Internalisasimengacu pada proses pembelajaran, dengan demikian dalam melakukan internalisasi terhadap kebudayaan yang kaya akan pengetahuan serta dipergunakan sebagai alat-alat yang dipakai untuk bagaimana berpikir yang semula diluar diri anak.
e.    Ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru atau orang tua.
f.     Interaksi dengan kebudayaan di sekelilingnya dan agen-agen masyarakat, seperti orang, guru, teman sebaya yang lebih kompeten,menyumbang secara signifikan kepada perkembangan intelektual anak.
        Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan dalam rangka membangkitkan dirinya, sedangkan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a)   Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
b) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
c)    Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri , lebih menekankan proses balajar bagaimana belajar itu.
   Adapun karakteristik pembelajaran yang secara kontruktivisme adalah sebagai berikut:
1)   Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru  melalui keterlibatannya , dalam dunia sebenarnya.
2) Mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang   pengetahuan.
3)     Mendukung pembelajaran secara koperatif.
4)    Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar.
5)     Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru.
6)  Menganggap pembelajaran sebagai sebuah proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
7)     Mendorong proses inkuiri pembelajaran melalui kajian dan eksperimen.
             D.  ANALISIS TEORI
Berdasarkan teori-teori diatas bahwa teori konstruktivisme sangat baik digunakan dalam pembelajaran disekolah. Karena belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menetukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme ini lebih sebagai mediator dan fasilisator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan ; menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya dan guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik. Memonitor , mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak.
Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Dalam hal sarana belajar, pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman, sehingga memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik.

Firman Allah SWT : Surah Al-Alaq ayat 1-5

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)


                                   
Arti Kosakata-Kosakata

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
Mulailah membaca al-Qur’an dimulai dengan menyebut nama Tuhanmu, atau dengan mohon pertolongan kepada-Nya
الَّذِي خَلَقَ
Yang menciptakan segala sesuatu
خَلَقَ الْإِنْسانَ
Maksudnya : jenis manusia
مِنْ عَلَقٍ
عَلَقٍ Jama’ dari  علقة : yaitu segumpal darah yang sedikit dan beku, kalau darah itu mengalir  disebut   مسفوح
اقْرَأْ
Menguatkan perintah mebaca yang pertama
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang kemurahannya melebihi kemurahan yang lain, dan tidak dapat ditandingi oleh kemurahan siapapun, karena Dia memberikan nikmat tanpa tujuan apapun
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Mengajarkan menulis dengan pena, dan yang pertama sekali diajarkan menulis adalah nabi Idris as.
عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْ
Mengajarkan manusia dengan menciptakan berbagai potensi, menegakkan dalil, mengajakannya segala sesuatu tanpa guru seperti menulis, industri, dan lain-lain. Maksudnya adalah Dia mengajarkanmu membaca walaupun kamu tidak bisa membaca.


Terjemahan Ayat
1.     Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2.     Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3.     Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4.     Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
5.     Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 Perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional (behavioristik) dengan pembelajaran Konstruktivistik, adalah sebagai berikut.

No
Pembelajaran Tradisional
No
Pembelajaran Konstruktivistik
1.
Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekan pada keterampilan-keterampilan dasar.
1.
Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.
2.
Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan.
2.
Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
3.
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.
3.
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.
4.
Siswa dipandang sebagai”kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
4.
Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
5.
Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.
5.
Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.
6.
Siswa-siswi biasanya bekerja sendiri-sendiri, tanpa ada grup proses dalam belajar.
6.
Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup proses.
























Berdasarkan teori-teori diatas dapat dihubungkan dengan adanya latihan pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah                                   : SMAN 35 Jakarta
Kelas / Semester                    : XII(Dua Belas)/ I (Ganjil)
Mata Pelajaran                      : FISIKA (Gelombang)
Waktu                                     : 2x45 menit
Jumlah Pertemuan                 : 1 dan 2 JP

Kompetensi Inti :

KI 1   : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3  :Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4  :Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Standar Kompetensi :
1.     Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar :
1.1  Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum.
Indikator :
1.     Mengidentifikasi karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
2.     Mengidentifikasi karakteristik gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik
3.  Menyelidiki sifat-sifat gelombang (pemantulan, pembiasaan, superposisi, interferensi, difraksi, polarisasi dan dispersi) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4.     Merancang konsep jenis-jenis gelombang serta penarapannya kehidupan sehari-hari.


Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat :
1.     Mengidentifikasi definisi gelombang dan besaran-besaran gelombang (P1).
Alasan             : Hubungan Psikomotorik dengan tingkah laku hasil belajar. Perkembangan itu persyaratan untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Perubahan yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungannya, misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah mencapai  kematangan untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan bahasa.
Contoh Soal    : Apa yang dimaksud dengan gelombang? Dan sebutkan besaran-besaran gelombang?

2.     Membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal (P5).
Alasan             : Hubungan Psikomotorik dengan tingkah laku hasil belajar. Perkembangan itu persyaratan untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Perubahan yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungannya, misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah mencapai  kematangan untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan bahasa.
Contoh Soal    : Apa perbedaan gelombang transversal dan gelombang longitudinal ?

3.      Memberikan contoh tentang sumber-sumber gelombang (C2).
Alasan             : Dalam teori Piaget memandang bahwa proses berfikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari berfikir konkrit menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikkan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada.
Contoh Soal    : Sebutkan contoh tentang sumber-sumber gelombang ?

4. Menemukan pengaruh sifat medium terhadap kecepatan gelombang (C3).
Alasan             : Dalam teori Piaget anak-anak atau remaja yang berada dalam tahap operasional formal dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan yang logis,sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.
Contoh Soal    : Apa pengaruhnya sifat medium terhadap kecepatan gelombang?

5.  Menyusun konsep pemantulan dan pembiasan melalui hukum Snellius (Perkembangan konsep diri dan emosi).
Alasan             : Intervensi Pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang unsur-unsur aktif program pencegahan, yaitu pengembangan keterampilan emosional, pengembangan keterampilan kognitif dan keterampilan perilaku.
Contoh Soal    : Buatlah sekreatif mungkin konsep pemantulan pembiasan melalui hukum Snellius !

6.  Memecahkan masalah terhadap konsep fenomena interferensi, difraksi, polarisasi, dan disperse pada gelombang (Perkembangan nilai, moral dan sikap).
Alasan             : Menurut Sigmund Freud menjelaskan melalui teori psikoanalisasinya, antara nilai,moral,dan sikap adalah satu kesatuan dan tidak dibeda-bedakan. Dalam konsep Sigmund Freud , struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga yaitu: id berisi dorongan naluri,tidak rasional, tidak logis, tak sadar, amoral, dan bersifat memenuhi dorongan kesenangan yang diarahkan untuk mengurai ketegangan. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang memerintah dan mengendalikan. Super ego adalah sumber moral dalam kepribadian.
Contoh Soal    :  Jelaskan fenomena interferensi, difraksi, polarisasi, dan dispersi pada gelombang !

7.   Mendesain gelombang berjalan dan gelombang stasioner pada sebuah poster, power point atau melukis di buku gambar (perkembangan kreativitas).
Alasan             : Menurut Cony Semiawan (1987) memberi batasan kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu produk baru.
Contoh Soal    : Buatlah sebuah poster,power point atau melukis yang berhubungan dengan gelombang berjalan dan gelombang stasioner !

8.    Mendemonstrasikan jenis-jenis gelombang dengan alat peraga dan mengamati jenis-jenis gelombang yang berada di sekitar sekolah (cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar).
Alasan             : Menurut Barlow, Reber , dan Anderson, kiat-kiat mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar dapat diatasi dengan Overlearning, Extra Study Time, Menemonic Device, pengelompokan, Latihan Terbagi, dan Pengaruh Letak bersambung.
Contoh Soal    : Buatlah alat peraga tentang gelombang, kemudian praktekan di depan kelas ! dan amatilah jenis-jenis gelombang yang berada di sekitar sekolah !

9.  Menghubungkan materi pelajaran dengan fenomena alam yang berkaitan tentang gelombang (teori bakat dan Multiple Intelligence).
Alasan             : Menurut Multiple Intelligence bahwa tujuan pembelajaran termasuk kedalam Kecerdasan naturalis, Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan terhadap alam sekitar. Kemampuan yang tinggi untuk dapat membedakan.
Contoh Soal    : Hubungkanlah materi gelombang yang telah diajarkan dengan gelombang yang terdapat di alam sekitar ? dan berikan contohnya?

10. Mencari tugas gelombang dan mengumpulkan melalui website atau blog (Pendekatan E-Learning).
Alasan             : Pendekatan e-learning atau electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik,khususnya perangkat computer.
Contoh Soal    : Buatlah ringkasan tentang gelombang dan kemudian kirimkan ke e-mail !

 Metode Pembelajaran
Dalam pendekatan konstruktivisme ini metode yang digunakan yaitu
metode eksperimen dan metode demonstrasi. Metode tersebut sebagai berikut:
a)    Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi menurut Rini Budiharti (2000 : 33) adalah “Suatu teknik mengajar dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, sering dengan menggunakan alat”. Metode demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin menunjukkan suatu gejala atau proses pada anak didiknya. Menurut Sudirman (1989 : 133) bahwa “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai penjelasan lisan”.
Dalam pelaksanaannya metode ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1)    Tahap pengantar yaitu dimana siswa diberi ceramah singkat untuk menerangkan tujuan pembelajaran.
2)    Tahap pengembangan yaitu dimana terjadi tanya jawab dan aktivitas-aktivitas lainnya.
3)    Tahap konsolidasi yaitu dimana bahan pengajaran ditinjau kembali, direvisi dan di tes.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar ini merupakan inti dari pola belajar dengan pendekatan konstruktivisme, dan tercermin pada para siswa aktif membaca sendiri, mengkaitkan konsep-konsep baru denga berdiskusi dengan istilah, konsep, dan prinsip yang baru mereka pelajari, sedangkan guru berperan sebagai nara sumber yang bijak dan berpengetahuan.

b)    Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu metode yang penting dalam pengajaran Fisika. Eksperimen menjadikan siswa mampu memecahkan soal-soal tentang hipotesis, model atau teori. Eksperimen di laboratorium merupakan bentuk eksperimen yang nyata atau eksperimen yang sesungguhnya dilakukan di laboratorium, karena siswa melakukan percobaan sendiri untuk memecahkan masalah dalam suatu materi pelajaran. Sudirman N, Tabrani Rusyan, Zainal Ariffin & Toto Fathoni (1989 :163) bahwa “Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari dan membuktikan sendiri hal-hal yang dipelajari”. Kemudian Roestiyah NK (2001 : 80) mengatakan bahwa:
“Teknik eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasikan oleh guru”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode penyajian materi pelajaran dimana siswa akan mengalami, mengamati dan menyimpulkan secara langsung tentang meteri yang dipelajari. Penerapan pendekatan konstruktivisme melalui metode ini adalah dengan cara siswa melakukan eksperimennya sendiri di bawah bimbingan guru. Setelah melakukan eksperimen ini siswa diharapkan dapat menemukan konsep sendiri. Selain berdasarkan data yang diperoleh dari eksperimen dalam menemukan konsep siswa juga diharapkan menggali potensi yang ada pada dirinya berdasarkan pengalamannya.

Evaluasi
Prestasi belajar siswa dapat digambarkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Drs. Amir Doien/Narakusuma yang dikutip Rini Budiharti bahwa : “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat” (Rini Budiharti, 2000 : 32 – 33). Dilihat dari segi kegunaan untuk mengukur
kemapuan siswa, maka dibedakan tiga macam tes yaitu :
1.      Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2.     Tes Formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
3.     Tes Sumatif
Tes Sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau suatu program yang lebih besar.


Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam teori Konstruktivistik :

1.     Pendekatan Quantum Teaching
Quantum adalah sebuah temuan yang telah menyelamatkan manusia dari bencana ultraviolet. Quantum training telah menyelamatkan manusia dari bencana ‘ultra-sekolah’ dan ‘ultra belajar’. Quantum pertama kali ditemukan oleh Max Planck pada akhir abad ke- 19. Ia menemukan sebuah rumus fisika yang shahih, sehingga dapat menanggulangi bencana ultraviolet. Sejak saat itu, istilah quantum digunakan pada banyak aspek kehidupan, salah satunya digunakan pada bidang pendidikan dan pembelajaran.
Di abad ke-21 ini, banyak orang’dipaksa’ belajar diruang kelas yang disusun secara kaku dan terdiri atas meja dan kursi. Nilai dan ijazah ataupun sertifikat, menjadi ukuran keberhasilan yang pada akhirnya membuat pembelajar merasa bahwa belajar dan sekolah merupakan beban. Seiring dengan perkembangan  dunia pendidikan, ditemukan sebuah pembelajaran model quantum teaching ini menggugat cara-cara mengajar yang selama ini dilakukan secara turun-temurun.
Jadi ,quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur  yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila metode ini diterapkan maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.

2.     Pendekatan Multiple Intelligences

Multiple Intelligence dikemukakan oleh Howard Gardner.
Pemahaman mengenai kecerdasan yang dimiliki manusia dalam konteks belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena itu, kajian tentang kecerdasan manusia perlu dikemukakan. Literatur keceradasan bisa ditemukan dalam pemikirannya Howard Gardner tentang kecerdasan jamak (multiple intelligence). Menurut Gardner, intelligence(kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang beragam dan dalam situasi yang nyata. Ia menyatakan sekurang-kurangnya ada Sembilan kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berfikir yang penting.


Kesembilan kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut:
a.     Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah  kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat beragumentasi, menyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.

b.     Kecerdasan logis-matematis
Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan programmer computer. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan penalaran, mengurutkan, berpikir dalam tentang sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.

c.      Kecerdasan spasial
Kecerdasan spasial mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai  macam aspek dunia visul-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot dan insinyur mesin. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam tiga dimensi.

d.     Kecerdasan musical
Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk menerapkan, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan musical juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama music, dapat mendengarkan berbagai karya music dengan tingkat ketajaman tertentu.

e.      Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan terhadap alam sekitar. Kemampuan yang tinggi untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan secara mendalam. Kemampuan untuk menghubungkan materi materi pelajaran dengan fenomena alam.

f.       Kecerdasan kinestetik-jasmani
Adalah kecerdasan fisik, kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda.

g.     Kecerdasan antarpribadi
Adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut untuk mencerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Pada tingkat yang lebih tinggi, kecerdasan ini dapat membaca konteks kehidupan orang lain, kecenderungannya dan kemungkinan keputusan yang akan diambil. Professional, guru, terapis, dan politis umumnya memiliki kecerdasan ini.

h.     Kecerdasan intrapribadi
Orang ayang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contohnya orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirausahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya mereka sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan , dan sangat disiplin. Secra garis besar, mereka merupakan orang yang gemar belajar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri dari pada bekerja dengan orang lain.

i.       Kecerdasan eksistensialis
Adalah kecerdasan yang cenderung memandang masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh serta menanyakan “untuka apa’ dan “apa dasar” dari segala sesuatu. Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.

3.     Pendekatan E-Learning
Pendekatan e-learning atau electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik,khususnya perangkat computer.Karena itu maka e-learning sering disebut juga’online course’. Merujuk literature ini, maka e-learning dapat diartikan sebagi pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi, seperti telpon, audio, videotape, transmisi satelit, dan komputer.

4.     Pendekatan belajar aktif (Active Learning)
Pendekatan belajar aktif adalah pendekatan dalam pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri ini merupakan tujuan akhir dari belajar aktif (active learning) . Untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa atau anak didik.

Strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain seperti berikut ini :
a.             Refleksi. Guru dapat meminta siswa untuk secara berkala merefleksikan hal-hal yang telah dipelajari dalam pembelajaran. Contohnya : melalui jurnal opinion paper.
b.     Pertanyaan siswa ( anak didik ). Untuk setiap pokok bahasan atau pertemuan, guru memberi tugas siswa untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami, atau hal-hal yang perlu dibahas bersama guru dan teman-teman siswa lainnya.
c.          Rangkuman. Guru dapat membiasakan siswa untuk membuat rangkuman terhadap hasil diskusi kelompok yang dilakukan di kelas atau sebagaitugas mandiri.
d.          Pemetaan kognitif. Adalah alat untuk membuat siswa aktif belajar tentang konsep-konsep (reposisi) dan skemanya. Pemetaan kognitif juga dapat digunakan untuk menumbuhkan proses belajar aktif siswa.



Daftar Pustaka

Samani Muchlas , dkk. Pendidikan Karakter. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.2011.
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.2013.
Siregar, Evaline. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. 2011
Purwanto ,Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2002.
Dalyono,M. psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 1997.
Azwar, S. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty. 1988.
Yeni Rahmawati. “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS” Skripsi S1 Jurusan P.IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret , Surakarta, 2007.