TEORI KONSTRUKTIVISTIK
NAMA
DOSEN : Nuraida M.Si
Disusun Oleh :
Nindya
Novianti
|
1113 0163
00019
|
FISIKA
2 A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
A. LATAR BELAKANG
Teori
konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi)
pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak seseorang guru kepada orang lain (siswa). Beberapa pemikiran
teori belajar konstruktivistik dapat dipahami pada penjelasan dibawah ini dan
teori konstruktivistik pada blog ini terdapat sebuah latihan RPP yang digunakan
untuk memberikan suatu pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Disamping
itu juga terdapat metode-metode pembelajaran yang digunakan untuk seorang guru
dalam memberikan suatu pengajaran kepada siswa disekolah .
Dengan menerapkan beberapa pendekatan yang
dapat diterapkan kedalam kelas supaya membuat siswa dikelas dapat menerima ilmu
tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun. Tetapi atas kemauan dirinya sendiri
untuk memperoleh ilmu disekolah. Seorang guru tidak hanya dapat memberikan
pengetahuan akademik maupun non akademik kepada siswa . Siswa harus membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru hanya memfasilitasi dan memberi
kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan sendiri gagasan-gagasannya.
B. TUJUAN PENULISAN
1.
Dapat menjelaskan pengertian Konstruktivistik(C2).
2. Dapat menguraikan pokok-pokok teori
Konstruktivistik beserta nama tokohnya (C2).
3.
Dapat mengaitkan teori konstruktivistik dalam
pendekatan pembelajaran di dalam kelas (A4).
4. Dapat menunjukkan perbedaan karakteristik antara pembelajaran
tradisional (behavioristik) dengan pembelajaran Konstruktivistik
(A5).
5. Dapat mempraktekan teori konstruktivistik ke
dalam latihan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)(P3).
6.
Dapat mendesain model pembelajaran
konstruktivistik (P7).
C. TEORI KONSTRUKTIVISTIK
1. Teori Hilgard dan
Bower
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan
sebagainya)”.
Dari
definisi-definisi di atas ada beberapa hal yang mencirikan pengertian belajar
yaitu: 1) belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mengarah kepada
perubahan yang lebih baik atau sebaliknya, 2) belajar terjadi melalui
pengalaman atau latihan, 3) dalam belajar perubahan harus dalam jangka waktu
yang relative panjang atau merupakan akhir dari suatu periode waktu tertentu,
4) perubahan tingkah laku tersebut terjadi pada aspek fisik mapun psikis baik
berupa keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap. Belajar dalam arti yang
terbatas siswa di sekolah dapat berarti penguasaan/penambahan materi pelajaran
dalam berbagai kompetensi yaitu kompetensi kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang terjadi melalui proses interaksi aktif dari individu yang
sedang belajar dengan lingkungan di sekitarnya.
Pendekatan
konstruktivisme yang menganggap pembentukan pengetahuan sebagai suatu proses
konstruksi yang terus menerus, terus berkembang dan terus berubah memaknai
belajar sebagai proses aktif siswa mengonstruksi sesuatu.
Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna
membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan schema
/ schemata atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman
fisik dalam lingkungan disekelililingnya.
Secara ringkas dijelaskan bahwa menurut teori skema, seluruh pengetahuan
diorganisasikan menjadi unit-unit pengetahuan ini atau skemata ini disimpanlah
informasi. Sehingga skema dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau
suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan tentang bagaimana
pengetahuan itu dinyatakan atau tentang bagaimana pengetahuan itu diterapkan.
Lebih lanjut piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat
sesuai dengan perkembangan usianya, bergerak dari sekedar reflek-reflek awal
sepertimenangis, menyusu, menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya tentu
saja teori perkembangan kognitif, sehingga beberapa konsep pokok seperti skema,
asimilasi, dan akomodasi tetap relevan.
Dampak teori kontruktivisme terhadap pembelajaran Kurikulum pendidik harus merencanakan kurikulum yang berkembang sesuai peningkatan logika
anak dan konseptual anak. Pengajaran guru harus lebih menekankan
pentingnya peran pengalaman bagi anak. Atau interaksi anak dengan lingkungan
sekelilingnya, misalnya guru harus mencermati peran penting konsep-konsep
fundamental seperti kelestarian objek-objek serta permainan-permainan yang
menunjang struktur kognitifnya.
Sebagai seorang
yang dianggap pionir dalam filosofi konstruktivisme, vigotsky lebih suka
menyatakan teori pembelajarannya sebagai kognisi sosial. Pembelajaran kognisi
sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan
individu.Oleh karena itu perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi banyak
maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya dari lingkungan keluarganya,
dimana ia berkembangan. Beberapa kunci
pemikiran kognisi sosial dari vigotsky antara lain:
a. Kebudayaan
menciptakan dua macam kontribusi terhadap perkembangan intelektual anak, yaitu
anak mendapatkan sebagian besar kandungan hasil pemikirannya, dan juga memberi
makna terhadap hasil pemikirannya, hal ini oleh Vigotsky disebut sebagai
perangkat-perangkat yang diperlukan bagi adaptasi intelektual.
b. Perkembangan kognitif siswa dihasilkan dari sebuah proses
dialektika dimana seorang siswa belajar
melalui pengalaman-pengalaman pemecahan masalah akan dipakainya untuk saling
bnerbagi dengan orang lalin.
c. Sebagai hasil
kemajuan belajar anak mempunya bahasanya sendiri yang dipergunakan sebagai
perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya, bahkan anak-anak kadang
menggunakan bahasanya sendiri untuk mengarahkan perilakunya.
d. Internalisasimengacu
pada proses pembelajaran, dengan demikian dalam melakukan internalisasi
terhadap kebudayaan yang kaya akan pengetahuan serta dipergunakan sebagai
alat-alat yang dipakai untuk bagaimana berpikir yang semula diluar diri anak.
e. Ada perbedaan
antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dengan apa yang dapat dilakukan
oleh siswa dengan bantuan guru atau orang tua.
f. Interaksi
dengan kebudayaan di sekelilingnya dan agen-agen masyarakat, seperti orang,
guru, teman sebaya yang lebih kompeten,menyumbang secara signifikan kepada
perkembangan intelektual anak.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori
konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan
dalam rangka membangkitkan dirinya, sedangkan teori konstruktivisme adalah
sebagai berikut:
a) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
b) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
c) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri , lebih menekankan proses balajar bagaimana belajar itu.
a) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
b) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
c) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri , lebih menekankan proses balajar bagaimana belajar itu.
Adapun karakteristik pembelajaran
yang secara kontruktivisme adalah sebagai berikut:
1) Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatannya , dalam dunia sebenarnya.
2) Mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan.
3) Mendukung pembelajaran secara koperatif.
4) Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar.
5) Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru.
6) Menganggap pembelajaran sebagai sebuah proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
7) Mendorong proses inkuiri pembelajaran melalui kajian dan eksperimen.
1) Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatannya , dalam dunia sebenarnya.
2) Mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan.
3) Mendukung pembelajaran secara koperatif.
4) Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar.
5) Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru.
6) Menganggap pembelajaran sebagai sebuah proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
7) Mendorong proses inkuiri pembelajaran melalui kajian dan eksperimen.
D. ANALISIS TEORI
Berdasarkan teori-teori
diatas bahwa teori konstruktivisme sangat baik digunakan dalam pembelajaran
disekolah. Karena belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari, tetapi yang paling menetukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar
konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan
yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa
dalam belajar. Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme ini lebih sebagai
mediator dan fasilisator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan ;
menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab,
mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Menyediakan atau
memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu
mereka untuk mengekspresikan gagasannya dan guru perlu menyemangati siswa dan
menyediakan pengalaman konflik. Memonitor , mengevaluasi dan menunjukan apakah
pemikiran siswa berjalan atau tidak.
Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang
berkaitan. Dalam hal sarana belajar, pendekatan konstruktivistik menekankan
bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan
fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta
aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman, sehingga memunculkan
pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik.
Firman Allah SWT : Surah Al-Alaq ayat 1-5
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Arti
Kosakata-Kosakata
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
|
Mulailah
membaca al-Qur’an dimulai dengan menyebut nama Tuhanmu, atau dengan mohon
pertolongan kepada-Nya
|
الَّذِي خَلَقَ
|
Yang
menciptakan segala sesuatu
|
خَلَقَ الْإِنْسانَ
|
Maksudnya
: jenis manusia
|
مِنْ عَلَقٍ
|
عَلَقٍ Jama’ dari علقة : yaitu segumpal darah yang sedikit dan beku, kalau darah
itu mengalir disebut مسفوح
|
اقْرَأْ
|
Menguatkan perintah
mebaca yang pertama
|
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
|
dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang kemurahannya
melebihi kemurahan yang lain, dan tidak dapat ditandingi oleh
kemurahan siapapun, karena Dia memberikan nikmat tanpa tujuan apapun
|
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
|
Mengajarkan menulis dengan pena, dan yang pertama
sekali diajarkan menulis adalah nabi Idris as.
|
عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ
يَعْلَمْ
|
Mengajarkan manusia dengan menciptakan berbagai potensi, menegakkan dalil, mengajakannya segala sesuatu tanpa guru
seperti menulis, industri, dan lain-lain. Maksudnya adalah Dia mengajarkanmu
membaca walaupun kamu tidak bisa membaca.
|
Terjemahan Ayat
1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam.
5.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional (behavioristik) dengan pembelajaran Konstruktivistik, adalah sebagai berikut.
No
|
Pembelajaran
Tradisional
|
No
|
Pembelajaran
Konstruktivistik
|
1.
|
Kurikulum disajikan
dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekan pada
keterampilan-keterampilan dasar.
|
1.
|
Kurikulum disajikan
mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian, dan lebih mendekatkan pada
konsep-konsep yang lebih luas.
|
2.
|
Pembelajaran sangat taat
pada kurikulum yang telah ditetapkan.
|
2.
|
Pembelajaran lebih
menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
|
3.
|
Kegiatan kurikuler
lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.
|
3.
|
Kegiatan kurikuler
lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi
bahan.
|
4.
|
Siswa dipandang
sebagai”kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru
pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada
siswa.
|
4.
|
Siswa dipandang sebagai
pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
|
5.
|
Penilaian hasil
belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran,
dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.
|
5.
|
Pengukuran proses dan
hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan
cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui
tugas-tugas pekerjaan.
|
6.
|
Siswa-siswi biasanya bekerja
sendiri-sendiri, tanpa ada grup proses dalam belajar.
|
6.
|
Siswa-siswi banyak belajar
dan bekerja di dalam grup proses.
|
Berdasarkan teori-teori diatas dapat dihubungkan
dengan adanya latihan pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah
: SMAN 35
Jakarta
Kelas / Semester
: XII(Dua Belas)/ I (Ganjil)
Mata Pelajaran
: FISIKA (Gelombang)
Waktu
: 2x45 menit
Jumlah Pertemuan
: 1 dan 2 JP
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya.
KI 3 :Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 :Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Standar
Kompetensi :
1.
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam
menyelesaikan masalah.
Kompetensi
Dasar :
1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang secara umum.
Indikator :
1. Mengidentifikasi
karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
2. Mengidentifikasi
karakteristik gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik
3. Menyelidiki
sifat-sifat gelombang (pemantulan, pembiasaan, superposisi, interferensi,
difraksi, polarisasi dan dispersi) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Merancang
konsep jenis-jenis gelombang serta penarapannya kehidupan sehari-hari.
Tujuan
Pembelajaran
Peserta
didik dapat :
1.
Mengidentifikasi definisi gelombang dan besaran-besaran
gelombang (P1).
Alasan :
Hubungan Psikomotorik dengan tingkah laku hasil belajar. Perkembangan itu
persyaratan untuk bisa belajar. Artinya jika seorang anak belajar perlu
didasari oleh kesiapan (kematangan) yang dicapai dalam perkembangan. Perubahan
yang terjadi pada diri seorang anak diperoleh melalui proses interaksi dengan
lingkungannya, misalnya meskipun setiap anak memiliki potensi untuk belajar
bahasa dan bicara dan telah mencapai kematangan
untuk siap belajar, tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan
rangsangan dari luar (lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan
memperoleh keterampilan bahasa.
Contoh Soal :
Apa yang dimaksud dengan gelombang? Dan sebutkan besaran-besaran gelombang?
2.
Membedakan gelombang transversal dan gelombang longitudinal
(P5).
Alasan : Hubungan Psikomotorik dengan tingkah
laku hasil belajar. Perkembangan itu persyaratan untuk bisa belajar. Artinya
jika seorang anak belajar perlu didasari oleh kesiapan (kematangan) yang
dicapai dalam perkembangan. Perubahan yang terjadi pada diri seorang anak
diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungannya, misalnya meskipun
setiap anak memiliki potensi untuk belajar bahasa dan bicara dan telah
mencapai kematangan untuk siap belajar,
tetapi anak tersebut sama sekali tidak mendapatkan rangsangan dari luar
(lingkungan) untuk belajar, maka anak itu tidak akan memperoleh keterampilan
bahasa.
Contoh Soal :
Apa perbedaan gelombang transversal dan gelombang longitudinal ?
3. Memberikan contoh tentang sumber-sumber gelombang (C2).
Alasan :
Dalam teori Piaget memandang bahwa proses berfikir merupakan aktivitas gradual
dari fungsi intelektual, yaitu dari berfikir konkrit menuju abstrak. Berarti
perkembangan kapasitas mental memberikkan kemampuan baru yang sebelumnya tidak
ada.
Contoh Soal :
Sebutkan contoh tentang sumber-sumber gelombang ?
4. Menemukan pengaruh sifat medium terhadap kecepatan gelombang
(C3).
Alasan : Dalam teori Piaget anak-anak atau
remaja yang berada dalam tahap operasional formal dapat memikirkan dan
membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret.
Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan yang logis,sekalipun kesimpulan
tersebut berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.
Contoh Soal : Apa
pengaruhnya sifat medium terhadap kecepatan gelombang?
5. Menyusun konsep pemantulan dan pembiasan melalui hukum
Snellius (Perkembangan konsep diri dan emosi).
Alasan :
Intervensi Pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan
kecerdasan emosional, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang unsur-unsur
aktif program pencegahan, yaitu pengembangan keterampilan emosional,
pengembangan keterampilan kognitif dan keterampilan perilaku.
Contoh Soal :
Buatlah sekreatif mungkin konsep pemantulan pembiasan melalui hukum Snellius !
6. Memecahkan masalah terhadap konsep fenomena interferensi,
difraksi, polarisasi, dan disperse pada gelombang (Perkembangan nilai, moral
dan sikap).
Alasan :
Menurut Sigmund Freud menjelaskan melalui teori psikoanalisasinya, antara
nilai,moral,dan sikap adalah satu kesatuan dan tidak dibeda-bedakan. Dalam
konsep Sigmund Freud , struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga
yaitu: id berisi dorongan naluri,tidak rasional, tidak logis, tak sadar,
amoral, dan bersifat memenuhi dorongan kesenangan yang diarahkan untuk mengurai
ketegangan. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang memerintah dan
mengendalikan. Super ego adalah sumber moral dalam kepribadian.
Contoh Soal : Jelaskan fenomena interferensi, difraksi,
polarisasi, dan dispersi pada gelombang !
7. Mendesain gelombang berjalan dan gelombang stasioner pada
sebuah poster, power point atau melukis di buku gambar (perkembangan
kreativitas).
Alasan : Menurut Cony Semiawan (1987) memberi
batasan kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu
produk baru.
Contoh Soal :
Buatlah sebuah poster,power point atau melukis yang berhubungan dengan
gelombang berjalan dan gelombang stasioner !
8. Mendemonstrasikan jenis-jenis gelombang dengan alat peraga
dan mengamati jenis-jenis gelombang yang berada di sekitar sekolah (cara
mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar).
Alasan :
Menurut Barlow, Reber , dan Anderson, kiat-kiat mengatasi lupa dan jenuh dalam
belajar dapat diatasi dengan Overlearning, Extra Study Time, Menemonic Device,
pengelompokan, Latihan Terbagi, dan Pengaruh Letak bersambung.
Contoh Soal :
Buatlah alat peraga tentang gelombang, kemudian praktekan di depan kelas ! dan
amatilah jenis-jenis gelombang yang berada di sekitar sekolah !
9. Menghubungkan materi pelajaran dengan fenomena alam yang
berkaitan tentang gelombang (teori bakat dan Multiple Intelligence).
Alasan :
Menurut Multiple Intelligence bahwa tujuan pembelajaran termasuk kedalam Kecerdasan
naturalis, Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan terhadap alam
sekitar. Kemampuan yang tinggi untuk dapat membedakan.
Contoh Soal :
Hubungkanlah materi gelombang yang telah diajarkan dengan gelombang yang
terdapat di alam sekitar ? dan berikan contohnya?
10. Mencari tugas gelombang dan mengumpulkan melalui website
atau blog (Pendekatan E-Learning).
Alasan :
Pendekatan e-learning atau
electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik,khususnya perangkat computer.
Contoh Soal :
Buatlah ringkasan tentang gelombang dan kemudian kirimkan ke e-mail !
Metode
Pembelajaran
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini metode yang digunakan yaitu
metode
eksperimen dan metode demonstrasi. Metode tersebut sebagai berikut:
a)
Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi menurut Rini Budiharti (2000 : 33) adalah “Suatu teknik mengajar
dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, sering dengan
menggunakan alat”. Metode demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin
menunjukkan suatu gejala atau proses pada anak didiknya. Menurut Sudirman (1989
: 133) bahwa “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai
penjelasan lisan”.
Dalam pelaksanaannya metode ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
1) Tahap
pengantar yaitu dimana siswa diberi ceramah singkat untuk menerangkan tujuan
pembelajaran.
2) Tahap
pengembangan yaitu dimana terjadi tanya jawab dan aktivitas-aktivitas lainnya.
3) Tahap
konsolidasi yaitu dimana bahan pengajaran ditinjau kembali, direvisi dan di
tes.
Keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar ini merupakan inti dari pola belajar dengan
pendekatan konstruktivisme, dan tercermin pada para siswa aktif membaca
sendiri, mengkaitkan konsep-konsep baru denga berdiskusi dengan istilah,
konsep, dan prinsip yang baru mereka pelajari, sedangkan guru berperan sebagai
nara sumber yang bijak dan berpengetahuan.
b)
Metode
Eksperimen
Metode
eksperimen adalah suatu metode yang penting dalam pengajaran Fisika. Eksperimen
menjadikan siswa mampu memecahkan soal-soal tentang hipotesis, model atau teori.
Eksperimen di laboratorium merupakan bentuk eksperimen yang nyata atau
eksperimen yang sesungguhnya dilakukan di laboratorium, karena siswa melakukan
percobaan sendiri untuk memecahkan masalah dalam suatu materi pelajaran. Sudirman
N, Tabrani Rusyan, Zainal Ariffin & Toto Fathoni (1989 :163) bahwa “Metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari dan
membuktikan sendiri hal-hal yang dipelajari”. Kemudian Roestiyah NK (2001 : 80)
mengatakan bahwa:
“Teknik
eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan
tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasikan oleh
guru”.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode
penyajian materi pelajaran dimana siswa akan mengalami, mengamati dan
menyimpulkan secara langsung tentang meteri yang dipelajari. Penerapan
pendekatan konstruktivisme melalui metode ini adalah dengan cara siswa
melakukan eksperimennya sendiri di bawah bimbingan guru. Setelah melakukan
eksperimen ini siswa diharapkan dapat menemukan konsep sendiri. Selain
berdasarkan data yang diperoleh dari eksperimen dalam menemukan konsep siswa
juga diharapkan menggali potensi yang ada pada dirinya berdasarkan
pengalamannya.
Evaluasi
Prestasi belajar siswa
dapat digambarkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru kepada siswa. Menurut Drs. Amir
Doien/Narakusuma yang dikutip Rini Budiharti bahwa : “Tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data atau
keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan cepat” (Rini Budiharti, 2000 : 32 – 33). Dilihat dari segi
kegunaan untuk mengukur
kemapuan siswa, maka dibedakan tiga macam tes yaitu
:
1.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2.
Tes Formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
3.
Tes Sumatif
Tes Sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau suatu program yang lebih besar.
Beberapa
pendekatan yang dapat diterapkan dalam teori Konstruktivistik :
1.
Pendekatan
Quantum Teaching
Quantum
adalah sebuah temuan yang telah menyelamatkan manusia dari bencana ultraviolet.
Quantum training telah menyelamatkan manusia dari bencana ‘ultra-sekolah’ dan
‘ultra belajar’. Quantum pertama kali ditemukan oleh Max Planck pada akhir abad
ke- 19. Ia menemukan sebuah rumus fisika yang shahih, sehingga dapat
menanggulangi bencana ultraviolet. Sejak saat itu, istilah quantum digunakan
pada banyak aspek kehidupan, salah satunya digunakan pada bidang pendidikan dan
pembelajaran.
Di abad
ke-21 ini, banyak orang’dipaksa’ belajar diruang kelas yang disusun secara kaku
dan terdiri atas meja dan kursi. Nilai dan ijazah ataupun sertifikat, menjadi
ukuran keberhasilan yang pada akhirnya membuat pembelajar merasa bahwa belajar
dan sekolah merupakan beban. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah
pembelajaran model quantum teaching ini menggugat cara-cara mengajar yang
selama ini dilakukan secara turun-temurun.
Jadi
,quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan
unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bila metode ini
diterapkan maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan
materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai
metode.
2.
Pendekatan
Multiple Intelligences
Multiple Intelligence dikemukakan oleh Howard Gardner.
Pemahaman
mengenai kecerdasan yang dimiliki manusia dalam konteks belajar merupakan
sesuatu yang penting. Karena itu, kajian tentang kecerdasan manusia perlu
dikemukakan. Literatur keceradasan bisa ditemukan dalam pemikirannya Howard
Gardner tentang kecerdasan jamak (multiple intelligence). Menurut Gardner,
intelligence(kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang beragam dan dalam situasi yang
nyata. Ia menyatakan sekurang-kurangnya ada Sembilan kecerdasan yang patut
diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berfikir yang penting.
Kesembilan
kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam
mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan
para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Orang yang cerdas dalam
bidang ini dapat beragumentasi, menyakinkan orang, menghibur, atau mengajar
dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.
b.
Kecerdasan logis-matematis
Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam
hal angka dan logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan
programmer computer. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis
mencakup kemampuan penalaran, mengurutkan, berpikir dalam tentang sebab akibat,
menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, dan
pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
c.
Kecerdasan spasial
Kecerdasan spasial mencakup berpikir dalam gambar,
serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visul-spasial. Kecerdasan
ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot dan insinyur
mesin. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu
mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan
sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas,
serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam tiga dimensi.
d.
Kecerdasan musical
Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk
menerapkan, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan musical
juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat
mengikuti irama music, dapat mendengarkan berbagai karya music dengan tingkat
ketajaman tertentu.
e.
Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan
terhadap alam sekitar. Kemampuan yang tinggi untuk membedakan berbagai jenis
tumbuhan secara mendalam. Kemampuan untuk menghubungkan materi materi pelajaran
dengan fenomena alam.
f.
Kecerdasan kinestetik-jasmani
Adalah kecerdasan fisik, kecerdasan ini mencakup
bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda.
g.
Kecerdasan antarpribadi
Adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama
dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut untuk mencerap dan tanggap
terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Pada tingkat yang
lebih tinggi, kecerdasan ini dapat membaca konteks kehidupan orang lain,
kecenderungannya dan kemungkinan keputusan yang akan diambil. Professional,
guru, terapis, dan politis umumnya memiliki kecerdasan ini.
h.
Kecerdasan intrapribadi
Orang ayang kecerdasan intrapribadinya sangat baik
dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam
keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan
membimbing hidupnya. Contohnya orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu
konselor, ahli teologi, dan wirausahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka
bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam.
Sebaliknya mereka sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan , dan sangat
disiplin. Secra garis besar, mereka merupakan orang yang gemar belajar sendiri
dan lebih suka bekerja sendiri dari pada bekerja dengan orang lain.
i.
Kecerdasan eksistensialis
Adalah kecerdasan yang cenderung memandang
masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh serta
menanyakan “untuka apa’ dan “apa dasar” dari segala sesuatu. Kecerdasan ini
banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan
benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.
3.
Pendekatan
E-Learning
Pendekatan e-learning atau
electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik,khususnya perangkat computer.Karena
itu maka e-learning sering disebut juga’online course’. Merujuk literature ini,
maka e-learning dapat diartikan sebagi pembelajaran yang pelaksanaannya
didukung oleh jasa teknologi, seperti telpon, audio, videotape, transmisi
satelit, dan komputer.
4.
Pendekatan
belajar aktif (Active Learning)
Pendekatan belajar aktif adalah
pendekatan dalam pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara belajar yang
aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri ini merupakan
tujuan akhir dari belajar aktif (active learning) . Untuk dapat mencapai hal
tersebut kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi
siswa atau anak didik.
Strategi
yang dapat digunakan guru untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain seperti
berikut ini :
a. Refleksi. Guru
dapat meminta siswa untuk secara berkala merefleksikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam pembelajaran. Contohnya : melalui jurnal opinion paper.
b.
Pertanyaan
siswa ( anak didik ). Untuk setiap pokok bahasan atau pertemuan, guru memberi
tugas siswa untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum
dipahami, atau hal-hal yang perlu dibahas bersama guru dan teman-teman siswa
lainnya.
c. Rangkuman. Guru
dapat membiasakan siswa untuk membuat rangkuman terhadap hasil diskusi kelompok
yang dilakukan di kelas atau sebagaitugas mandiri.
d. Pemetaan
kognitif. Adalah alat untuk membuat siswa aktif belajar tentang konsep-konsep
(reposisi) dan skemanya. Pemetaan kognitif juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan proses belajar aktif siswa.
Daftar Pustaka
Samani Muchlas , dkk. Pendidikan Karakter. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.2011.
Djaali.
Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.2013.
Siregar, Evaline. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia. 2011
Purwanto ,Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
2002.
Dalyono,M. psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 1997.
Azwar, S. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.
1988.
Yeni
Rahmawati. “PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU
DARI KETRAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA
POKOK BAHASAN GERAK LURUS” Skripsi S1 Jurusan P.IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret , Surakarta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar