PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Disusun
Oleh :
Nindya Novianti
|
1113 0163 00019
|
FISIKA
2 A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKHULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
PENULISAN
1.
Dapat menguraikan
pengertian belajar menurut para ahli (C2)
2.
Menyebutkan proses
belajar itu dapat berlangsung (C1)
3.
Menemukan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar (C3)
4.
Menciptakan cara-cara
belajar yang baik (C5)
5.
Menerangkan konsep sikap
belajar pada peserta didik (C2)
6.
Mendesain media yang
menunjang untuk proses belajar dan mengajar yang baik (C5)
B. LATAR
BELAKANG
Blog ini berjudul
“Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya “,bab ini disinggung tentang
teori belajar yang menguraikan faktor-faktor yang menimbulkan perilaku baik
faktor dari dalam maupun dari luar.Para pendidik dapat membuat kemajuan belajar
dalam diri peserta didik, dan dapat membuat suatu metode yang berguna mengubah
pola berfikir peserta didik untuk menghilangkan kemalasan dalam belajar. Bab
ini juga sangat menarik didalamnya dikemas secara lengkap dan terdapat susunan
RPP sebagai pengaplikasikan materi belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian belajar menurut para ahli ?
2. Bagaimana proses belajar dapat berlangsung ?
3. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
4. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ?
5. Bagaimana
cara belajar yang baik ?
6. Bagaimana
konsep sikap belajar yang baik ?
7. Apa
macam-macam media belajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN BELAJAR
Gambar Brain learning http://www.raisingmiro.com/2013/12/26/back-to-adult-un-school-never-to-old-to-learn-grow-and-create/ |
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar,terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
1.
Hilgard Bower ,dalam buku
Theories of Learning (1975) mengemukakan. 'Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan , kematangan
atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya)."
2.
Gagne, dalam buku The
Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa : "Belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
3.
Morgan, dalam buku
Introduction to Psychology (1978) mengemukakan :"Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman."
4.
Witherington, dalam buku
Educational Psychology mengemukakan ."Belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari definisi-definisi yang
dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar ,yaitu bahwa :
1.
Belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.
2.
Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman : dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
3.
Untuk dapat disebut belajar
,maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu
periode waktu yang cukup panjang . Berapa lama periode waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir
dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan
ataupun bertahun-tahun . Ini berarti kita harus mengeyampingkan perubahan-perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi ,kelelahan, adaptasi, ketajaman
perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
4.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis ,
seperti: perubahan dalam pengertian ,pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Good dan Brophy dalam bukunya Educational
Psychology : A Realistic Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kat
yang singkat , yaitu Learning is the development of new association as a result
of experience . Beranjak dari definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia
menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal.
Belajar merupakan suatu proses yang ridak dapat dilihat dengan nyata ; proses
itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar . Jadi yang
dimaksud belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak ,tetapi
terutama adalah prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations). Hubungan
-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang ,antara
reaksi-reaksi ,atau antara perangsang dan reaksi.
Faktor-faktor penting yang sangat erat
hubungannya dengan proses belajar ialah : kematangan, penyesuaian diri / adaptasi,
mengafal / mengingat, pengertian, berfikir, dan latihan. Namun kita harus
membedakan antara faktor-faktor tersebut dengan pengertian belajar itu sendiri.
Ayat-ayat Al-Qur'an di dalam isi kandungannya yang menyatakan
"belajar" yaitu :
Surat An – Nissa’ Ayat 162
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara
mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala
yang besar.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf
ayat 23
Berbunyi: Ia berkata: “pengetahuan (tentang hal itu)
hanya pada Allah, dan aku (hanya sekedar) menyampaikan kepada kamu apa yang
dengan itu aku diutus, tetapi aku melihat kalian seperti orang-orang yang
bodoh". Mengapa engkau tidak mempergunakan pendengaranmu, penglihatanmu,
dan kalbumu serta akalmu. Alam ini terbentang luas yang patut untuk dibaca dan
dianalisis (Iqra’). Semua itu adalah alat untuk memperoleh pengetahuan
untuk memahami kebenaran ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah Swt.
Al-Qur’an dalam mengerahkan pendidikannya kepada makhluk
manusia menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur
penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi
pendidikan yang disajikan Al-Qur’an selalu mengarah pada jiwa, akal, dan raga
manusia.
Dalam
Al-Qur’an surat Al-Israa’ ayat 49-51
Berbunyi: “Dan mereka berkata: “apakah bila kami
telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah
kami dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” Katakanlah: “Jadilah kamu
sekalian batu atau besi atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin
(hidup) menurut pikiranmu”. Maka mereka akan bertanya: “Siapa yang akan
menghidupkan kami kembali? “Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada kali
yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan
berkata, “kapan itu (akan terjadi)? Katakanlah: mudah-mudahan waktu berbangkit
itu dekat”.
Tafsiran Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya metode
pembelajaran yang menggambarkan keberatan-keberatan mereka (anak didik) yang
tidak percaya pada hari kebangkitan dengan mengatakan apakah bila kami telah
menjadi tulang belulang atau benda-benda yang hancur akan dibangkitkan kembali
sebagai makhluk yang baru? Al-Qur’an yang ingin melibatkan penalaran manusia
dalam penemuan keyakinan tentang hari kebangkitan.
Pada saat itu, Al-Qur’an mengajak manusia (anak didik)
menggunakan daya nalarnya dan bertanya. Siapakah yang menghidupkan semua itu
kembali? Jawabnya pasti Dia yang pertama kali mewujudkannya.
Dengan dimikian, metode pembelajaran yang tergambar pada
rangkaian ayat-ayat tersebut adalah metode diskusi. Metode ini mengarahkan anak
didik untuk menemukan sendiri kebenaran melalui penalaran akalnya.
Di samping metode pembelajaran di atas, Al-Qur’an juga
menggunakan metode kisah atau metode bercerita sebagai salah satu metode untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kisah dan cerita menunjang materi yang
disajikan, baik kisah itu benar-benar terjadi maupun hanya kisah simbolik.
Teori-teori diatas dapat
dibuktikan dengan adanya Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) :
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
Sekolah
: SMP
MAKARYA
Kelas /
Semester
: VIII (Delapan) / II (Genap)
Mata Pelajaran
: FISIKA
Waktu
:
Jumlah Pertemuan
:
Standar Kompetensi
1.
Menguraikan pengertian, konsep getaran
dan gelombang, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C2)
Kompetensi Dasar
1.1 Menunjukkan
gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum ( P1)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Membedakan
jenis-jenis gelombang (P1)
2. Memberikan
contoh tentang jenis-jenis gelombang dalam kehidupan sehari hari (C2)
3. Membedakan
persamaan gelombang berjalan dan gelombang stasioner (P5)
4. Menunjukkan
karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik (C3)
5. Menemukan
sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (C6)
A.
Tujuan pembelajaran
Peserta didik mampu :
1.
Menyebutkan
definisi gelombang dan besaran-besaran gelombang (C1)
Alasan :Pada
masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap
pemikiran operasional formal. Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir
secara abstrak dan hipotesis, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang sudah tersedia.
Teori :Benyamin
S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi , salah
satunya pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghafal, mengingat,
atau mengulangi informasi yang pernah diberikan
2.
Membedakan
gelombang transversal dan gelombang longitudinal (P1)
Alasan :
Pada tahap ini remaja atau individu dapat berfikir untuk dapat membedakan
antara satu dengan yang lainnya.
Teori :
Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan
pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis
,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa
depan, etika ideal dan sebaginya.
3.
Menanggapi
sifat-sifat gelombang serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (P2)
Alasan :
Remaja pada berumur sekitar 14 tahun dapat menggunakan hipotesis khususnya
dalam pemecahan masalah dengan menggunakan dasar yang relevan.
Teori :
Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan
pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis
,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa
depan, etika ideal dan sebaginya.
4.
Mengaitkan
getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari (A4)
Alasan :
Pada tahap ini remaja dapat mengaitkan suatu persoalan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan hipotesis yang telah ada.
Teori :
Gestalt menyatakan bahwa jalannya berfikir itu ditentukan oleh bermacam-macam
faktor. Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang
berbeda-beda pada tiap orang.Adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
jalannya berfikir itu antara lain ialah bagaimana seseorang melihat atau
memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar
yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang
tersebut.
5.
Memberikan
contoh tentang jenis-jenis gelombang (C2)
Alasan :
Tahap operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa) anak-anak sudah
dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan
realitas konkret.Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan yang logis, sekalipun kesimpulan tersebut
berbeda dari kenyataan didunia sehari-hari.
Teori :
Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi ,
salah satunya Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi,
teori, dan aturan pada situasi baru.
6.
Menunjukkan
hubungan antara panjang gelombang , frekuensi, cepat rambat, dan periode
gelombang ( C4)
Alasan :
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk
sesuatu benda yang belum diketahui.
Teori :
Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi ,
salah satunya Analisis (analysis) ialah kemampuan menguraikan pemikiran yang
kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya.
7.
Menjodohkan
jenis-jenis gelombang (P7)
Alasan :
Pada masa remaja anak-anak mampu berimajinasi dan mengkoordinasi pemikiran
idenya.
Teori :
Menurut John W. Santrock bahwa pada tahap ini remaja atau individu dihadapkan
pada temuan mereka. Anggapan dasar seseorang remaja akan berfikir hipotesis
,berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon ,memiliki perhatian ke masa
depan, etika ideal dan sebaginya.
8.
Mendesain
jenis-jenis gelombang (C1)
Alasan :
pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan , menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia, sehingga ia
mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi.
Teori :
Benyamin S.Bloom menyatakan berdasarkan enam tahap yang ada pada Taksonomi ,
salah satunya Sintesis (synthesis ) ialah kemampuan mengumpulkan
komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.
9.
Menyatakan
pendapat tentang konsep getaran dan gelombang (A3)
Alasan :Remaja
dapat menyatakan sebuah hipotesis dengan menggunakan prinsip-prinsip abstrak,
logis, dan idealistik.
Teori : Gestalt
menyatakan bahwa jalannya berfikir itu ditentukan oleh bermacam-macam faktor.
Suatu masalah yang sama, mungkin menimbulkan adanya pemecahan yang berbeda-beda
pada tiap orang.Adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya berfikir
itu antara lain ialah bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah itu,
situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi,
pengalaman-pengalaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang tersebut.
B. PROSES BELAJAR DAPAT BERLANGSUNG
Gambar Proses Belajar http://mathsimulationtechnology.wordpress.com/2012/02/16/active-learning-passive-teaching/ |
a. Belajar dan kematangan
b. Belajar dan penyesuaian diri
c. Belajar dan pengalaman
d. Belajar dan bermain
e. Belajar dan pengertian
f. Belajar dan menghafal/mengingat
g. Belajar dan latihan
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR
a. Kematangan/pertumbuhan
b. Kecerdasan
c. Latihan dan ulangan
d. Motivasi
e. Sifat-sifat pribadi seseorang
f. Keadaan keluarga
g. Guru dan cara mengajar
h. Alat-alat pelajaran
i. Motivasi sosial
j. Lingkungan dan kesempatan
Gambar Proses Pembelajaran http://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-pembelajaran_24.html |
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan
mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah ,dalam hal ini diberi
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengahar (teachung-learning
process). Terhadap/di dalam proses belajar-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental
input) dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan
(instrumental input) .Guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki
(output) . Berbagai faktor tersbut berinteraksi satu sama lain dalam
menghasilkan keluaran tertentu.
Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu,baik fisiologis maupum psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu,baik fisiologis maupum psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Di samping itu ,masih ada lagi faktor lain
yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dan hasil belajar pada setiap
orang dapat di ikhtisarnya sebagai berikut :
Gambar Faktor Belajar dari luar maupun dalam http://muryonotianov.blogspot.com/2011/11/meningkatkan-minat-dan-motivasi-belajar.html |
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor dari luar dan dari dalam diri
siswa. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah faktor psikologis.
Ketika siswa memiliki minat dan motivasi yang cukup tinggi akan mempengaruhi
proses pengajaran dan pembelajaran. Pengaruh itu menyebabkan prestasi belajar
yang diraih siswa akan memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika perlu diterapkan
konsep-konsep yang tepat untuk memberikan respon positif terhadap materi.
Menurut Dahar (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) konsep-konsep itu menyediakan
skema-skema terorganisir untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan
untuk menentukan hubungan didalam dan antara kategori-kategori.
Jika dipahami secara mendalam konsep-konsep
yang ada didalam struktur kognitif, individu merupakan hasil yang diperoleh,
dan dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini bagaimana siswa menafsirkan atau menerjemahkan
soal menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK sampai 3
bilangan. Flavell (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) mengemukakan tujuh
dimensi konsep yaitu : (1) atribut, (2) struktur, (3) keabstrakan, (4)
keinklusifan, (5) generalisasi, (6) ketetapan, (7) kekuatan atau power.
Menurut pendapat Ausabel (Hera Lestari
Mikarsa, 2007 : 6.12) individu memperoleh konsep-konsep melalui dua cara yaitu
melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu
sebelum ia masuk sekolah. Karena proses perkembangan konsep-konsep semasa kecil
termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu. Sedangkan
asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep secara
deduktif, anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual
misalnya kumpulan binatang berkaki dua, anak akan berpikir ayam, bebek, burung
dan lain-lainnya.
Klausmeier (Hera Lestari Mikarsa, 2007 :
6.12), mengemukakan empat tngkatan pencapaian konsep yaitu :
a.
Tingkat Kongkrit
Ditandai
adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal.
b.
Tingkat Identitas
Seseorang telah mencapai tingkat ini yaitu
jika ia mengenal sesuatu obyek setelah selang waktu tertentu.
c.
Tingkat Klasifikatori
Pada tingkatan ini anak sudah mampu mengenal
persamaan dari suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
d.
Tingkat Formal
Anak
sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep yang lain.
Pembelajaran matematika memerlukan daya nalar
yang baik untuk memahami suatu konsep yang diajarkan guru, namun anak memiliki
keterbatasan. Seperti apa yang dikatakan Gibson dan Miteher (Hera Lestari
Mikarsa, 2007 : 12.21) bahwa anak memiliki daya nalar yang belum sepenuhnya
berkembang, memiliki daya konsentrasi yang masih terbatas pada jangka pendek,
mudah memiliki sikap dan minat terhadap sesuatu.
Daya nalar yang baik berimplikasi pada daya serap
memahami konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal
dan memecahkan masalah yang memerlukan kecerdasan . Hal ini diperkuat oleh
pendapat Gatner (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 7.26) bahwa kecerdasan matematika
logika adalah kapasitas menggunakan angka secara efektif.
Dr.Rudolf Pintner mengemukakan sepuluh macam metode di dalam belajar,seperti berikut :
- Metode keseluruhan kepada bagian ( whole to part methode) Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan mempelajari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dahulu isi buku tersebut , urutan bab-babnya dan subbab masing-masing . Dari gambaran keseluruhan isi buku tersebut barulah kita mengarah kepada bagian-bagian atau bab-bab tertentuyang kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini berasal dari pendapat psikologi Gestalt.
- Metode keseluruhan lawan bagian ( whole versus part method) Untuk bahan-bahan pelajaran yang sikapnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode keseluruhan seperti menghafal syair,membaca buku cerita pendek, mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya . Untuk bahan-bahan yang bersifat nonverbal ,seperti keterampilan, mengetik,menulis,dsb. lebih tepat digunakan metode bagian.
- Metode campuran antara keseluruhan dan bagian ( mediating method) Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang sikapnya sangat luas,atau yang sukar-sukar ,seperti misalnya tata buku, akunting, dan bahan kuliah lain pada umunya.
- Metode Resitasi ( reciation method) Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali(sesuatu) yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat netral maupun nonverbal.
- Jangka waktu belajar ( length of pratice periods) Dari hasil-hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu (periode) belajar yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal hitungan,dsb. Adalah antara 20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau tidak produktif . Disamping itu , kita harus ingat pula bahwa besarnya minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit.Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.
- Pembagian waktu belajar (distribution of pratice periods) Dari berbagai percobaan bahwa dapat dibuktikan,bahwa belajar yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Dalam hal ini " Hukum Jost" masih tetap diakui kebenarannya .Menurut Hukum Jost tentang belajar ,30 menit 2 x sehari selam 6 hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
- Membatasi kelupaan (counteract forgetting) Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai lekas lupa atau hilang sama sekali ,dalam belajar perlu adanya "ulangan"atau review pada waktu tertentu atau setelah /pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan.
- Menghafal ( cramming) Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif singkat seperti belajar untuk menghadapi ujian semester atau ujian akhir . Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segera setelah ujian selesai.Ngalim Purwanto ( 2002: 84-119)
F. KONSEP SIKAP BELAJAR
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik.
Brown dan Holtman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen , yaitu Teacher Approval (TA) dan education Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru-guru ; tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah. Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan guru dalam kelas berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa Bennett Nevile(1976:45).
Dalam hubungan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi Nasution ,S.(1978:58).
Dalam hubungan ini, Nasution menyatakan bahwa hubungan tidak baik dengan guru dapat menghalangi prestasi belajar yang tinggi Nasution ,S.(1978:58).
Sikap belajar bukan saja sikap yang ditunjukan kepada guru, melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas,dan lain-lain.
Gambar
(Teaching-learning process)
|
Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang , setuju atau tidak setuju , suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya. Sesuatu yang menimbulkan rasa senang , cenderung untuk diulang, demikian menurut hukum belajar (law of effect) yang dikemukakan Thorndike. Pengulangan ini ( law of excercise) penting untuk mengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari Staton,Thomas F. (1978:27).
G. MACAM-MACAM MEDIA BELAJAR
Gambar Media Belajar http://supersuga.wordpress.com/2008/03/14/peta-sukses-belajar/ |
- Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam
- Media Auditif Media Auditf adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
- Media Visual, Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip(film rangkai), slides( film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak sepeti film bisu, dan film kartun.
- Media Audiovisual, Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini dibagi lagi ke dalam : a. Audiovisual diam ,yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara , dan cetak suara. b. Audiovisual Gerak , yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam :
- Media dengan daya liput luas dan serentak Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat atau ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama . Contoh : radio dan televisi.
- Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat Media ini dalam penggunaanya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film,sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
- Media untuk pengajaran Indivual Media ini penggunaanya hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, Media Dibagi dalam :
- Media Sederhana Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.
- Media Kompleks Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunannya memerlukan keterampulan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atasnya, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai Syaiful Bahri,dkk., 2010:124-126)
DAFTAR
PUSTAKA
Bahri,Syaiful
dan Zain,Aswan . 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA
Nevile
Bennett,dkk. 1976. Teaching Styles and Pupil Progress. London:Open
Books Publishing
S,
Nasution . 1978. Azas-Azas Kurikulum. Bandung : Terate
Thomas
,F.Staton . 1987. Cara Belajar Dengan Hasil yang Baik. Bandung:
Diponegoro
Purwanto,
Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar